Lihat ke Halaman Asli

Hambatan Utama dalam Menerapkan Programpendidikan Vokasional yang Berorientasi dengan Keterampilan dan Patriotisme

Diperbarui: 22 Agustus 2024   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

NAMA:MUHAMAD RISKY FADHILAH AKBAR

FAKULTAS:VOKASI

PRODI:TEKNIK VETERINER

KELOMPOK:ALUGARA 6

mosi:Hambatan utama dalam menerapkan program pendidikan vokasional yang berorientasi dengan keterampilan dan patriotisme

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya adalah ketidakcocokan antara output pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, yang sering disebut sebagai "tidak link and match." Masalah ini muncul karena sistem pendidikan kita masih lebih menitikberatkan pada kuantitas dan kualitas akademis dibandingkan dengan pengembangan keterampilan praktis yang esensial dalam dunia kerja. Akibatnya, kurikulum yang diterapkan serta program pendidikan kejuruan yang tersedia belum sepenuhnya mampu menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja yang terFokus pada Kuantitas dan Kua 

Saat ini, pendidikan di Indonesia cenderung lebih menekankan pada pencapaian kuantitatif seperti tingkat kelulusan yang tinggi dan prestasi akademis yang gemilang. Siswa di sekolah lebih banyak diukur berdasarkan kemampuan mereka dalam mencapai skor ujian yang tinggi, dibandingkan dengan penguasaan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Sistem evaluasi ini membuat siswa lebih fokus pada menghafal materi untuk lulus ujian daripada mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan teknis yang sebenarnya sangat dibutuhkan di lapangan 

Selain itu, kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk dalam program pendidikan kejuruan, sering kali dianggap kurang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Kurikulum yang ada saat ini masih terlalu kaku dan kurang responsif terhadap perubahan yang terjadi di dunia industri. Misalnya saja, perkembangan teknologi yang pesat memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan khusus di bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun kurikulum pendidikan yang sering kali tidak mengikuti perkembangan ini dengan cepat. Akibatnya, lulusan dari program pendidikan kejuruan mungkin tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan di dalamnya

Lebih lanjut, program pendidikan kejuruan yang seharusnya menjadi jembatan antara pendidikan formal dan dunia kerja belum dioptimalkan secara maksimal. Banyak program pendidikan kejuruan yang masih mengajarkan keterampilan yang sudah tidak relevan atau tidak sesuai dengan standar industri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterlibatan pihak industri dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaan program pendidikan. Tanpa adanya masukan yang kuat dari dunia industri, pendidikan kejuruan berisiko menjadi tidak efektif dalam mempersiapkan tenaga kerja. 

Selain itu, partisipasi aktif dari dunia industri dalam penyusunan dan pelaksanaan program pendidikan kejuruan sangatlah penting agar lulusan yang dihasilkan memiliki keterampilan yang relevan dan siap kerja

Pada akhirnya, keberhasilan pendidikan kejuruan tidak hanya ditentukan oleh seberapa baik lulusan menguasai keterampilan teknis, tetapi juga oleh seberapa baik mereka mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat dan membangun bangsa. Oleh karena itu, tantangan dalam pendidikan kejuruan yang berfokus pada keterampilan dan patriotisme harus dihadapkan pada pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline