Problem adalah "masalah atau persoalan" jadi yang dimaksud Problematika adalah masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan (Marhiyato, 2014). Problematika adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan (Syukir, 2013). Problem dalam kajian ilmu penelitian sering didefinisikan adanya kesenjangan antara harapan (yang dicita-citakan) dengan kenyataan (yang dihasilkan). Dengan demikian perlu adanya upaya untuk lebih mengarah kepada sesuatu seperti yang diharapkan. Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan seberapa jauh guru mampu meminimalisir atau menyelesaikan problem pembelajaran. Semakin sedikit problem pembelajaran akan semakin besar peluang keberhasilan belajar siswa, begitu sebaliknya (Gunawan, 2014). Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika.
Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah berpengaruh, guru sebagai tenaga pendidik harus bisa mengelola dan mengarahkan kegiatan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selain kurikulum, pendidik, dan peserta didik, proses pembelajaran memegang peranan penting dalam upaya peningkatan pendidikan khususnya pada jenjang sekolah dasar (Winangun 2022).
Proses pembelajaran sebagai suatu rangsangan atau stimulus yang dapat menantang peserta didik untuk terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Kegiatan pembelajaran mempunyai beberapa komponen diantaranya materi atau bahan, strategi, alat dan media serta evaluasi. Proses pembelajaran di kelas dasar memerlukan sarana dan prasarana pendukung, salah satunya media pembelajaran (Wahyu, Edu, and Nardi 2020). Selain itu, media pembelajaran menjadi sarana penyampaian informasi tentang konsep pembelajaran yang diterima dengan sangat baik (Sari and Setiawan 2018). Intervensi media, jika diikuti dengan metode yang tepat, bermanfaat bagi kompetensi siswa dan interaksi pembelajaran serta berpengaruh terhadap cara siswa memproses informasi dari guru.
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa (Lisma Aspahani, Nugraha, and Giyartini 2020). Media pembelajaran yang mudah digunakan, lebih menarik, dan lebih informatif akan membuat minat siswa untuk mempelajari materi pun lebih meningkat sehingga lebih mudah memahami pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru (Syawaluddin, Makkasau, and Jamal 2019). Selain itu, dengan penggunaan media pembelajaran, keterbatasan tenaga pengajar juga bisa diatasi (Rahayuningsih and Ardi Sanjaya 2017). Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses belajar mengajar yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa, baik berupa alat, orang maupun bahan ajar, selain itu media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan siswa agar lebih efektif.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh lembaga pendidikan sekarang ini belum dimanfaatkan secara optimal, seperti di Sekolah Dasar. Media pembelajaran khususnya untuk siswa sekolah dasar diharapkan mampu menimbulkan ketertarikan belajar siswa. Kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu: (a) sesuai dengan tujuan; (b) tepat mendukung materi yang bersifat fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi; (c) praktis, luwes, dan bertahan; (d) mampu dan terampil menggunakan; (e) pengelompokan sasaran; dan (f) mutu teknis (Winangun 2022). Berdasarkan kriteria tersebut, media pembelajaran tidaklah harus mewah tetapi dapat juga bersifat sederhana tetap tetap mampu menjembatani materi pembelajaran dan proses berpikir peserta didik.
Pada proses pembelajaran, apabila guru hanya memanfaatkan buku pelajaran sebagai media maka siswa merasa bosan dan tidak termotivasi dalam belajar. Hal ini terjadi diakibatkan oleh guru dalam menggunakan dan memelihara media pembelajaran yang tersedia (Untari 2017). Selain itu, media pembelajaran yang semula bertujuan mempermudah peserta didik mencapai tujuan pembelajaran mengalami suatu permasalahan karena belum mampu dimaksimalkan oleh peserta didik (Lailiyah and Mardliyah 2021). Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu alternatifnya dengan memanfaatkan teknologi sebagai media dalam proses pembelajaran (Puspitarini and Hanif 2019). Tentu pemanfaatan ini harus tersosialisasi dengan baik terhadap peserta didik sehingga mampu menggunakan dan mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kaitan dengan mata pelajaran Sains, pemanfaatan media sudah seharusnya dijalankan karena; 1)struktur dan konten Sains sarat dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip abstrak, sehingga media mampu mengkonkretkan abstraksi-abstraksi itu sesuai kapasitas kognitif anak-anak SD yang masih bersifat operasional-konkret; 2) dengan melihat kapasitas kognitif anak SD dan bahwa fenomena alam adalah platform Sains SD, maka materi-materi Sains seharusnya bersifat sederhana dan praktis, yang hanya dapat dinyatakan jika dibantu dengan media. Dengan adanya penggunaan media berbasis teknologi pada pembelajaran Sains diharapkan siswa dapat melihat, dan memahami objek yang dipelajari, sehinggah kesenjangan yang terjadi dapat di atasi. Adapun tujuan media Sains adalah membantu siswa dalam mengungkapkan fenomena alam dan menanamkan konsep dengan perlakuan (treatment). Media Sains yang digunakan dapat berupa benda yang sesungguhnya dan dapat pula berbentuk benda tiruan. Media dapat diperoleh atau dibuat dari barang-barang bekas, dari objek langsung yang kontekstual, dari bahan yang mudah dijangkau dan yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru-guru di SD Kabupaten Langkat. Masih banyak siswa yang belum terlalu mengerti tentang materi Sains diajarkan oleh pengajar. Permasalahan ini ada beberapa faktor yang menghambat proses belajar mengajar yaitu daya tanggap siswa yang masih kurang. Jadi pengajar juga tidak bisa berbuat banyak untuk mengajarkan materi-materi yang akan disampaikan dan tidak bisa melakukan inovasi-inovasi yang mendukung proses belajar mengajar. Permasalahan pembelajaran Sains yang terjadi di SD Kabupaten Langkat selama ini yaitu pengajar telah maksimal dalam menggunakan media pembelajaan berbasis teknologi dikarenakan di setiap ruang kelas dilengkapi oleh sarana prasarana yang mendukung untuk melakukan pembelajaran namun kendala dari pengetahuan beberapa guru mengenai pengoperasian teknologi masih minim.
Apabila ingin melakuan pembelajaran yang menggunakan media teknologi pengajar mengambil sendiri alat-alat yang mendukung pembelajaran tersebut. Karena alat- alat seperti pengeras suara di sekolahan hanya menyediakan beberapa saja, jadi pengajar-pengajar di SD Kabupaten Langkat rebutan media pembelajaran tersebut. Padahal jika pengajar hanya menyampaikan materi Sains secara lisan maka siswa cenderung bosan dan mudah melupakan materi yang telah disampaikan. Media berbasis teknologi mengatasi kendala dalam pembelajaran Sains siswa yang masih pasif dalam menerima materi pembelajaran dan kurang motivasi, sehingga proses pembelajaran diharapkan berlangsung secara efektif dan mengakibatkan tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Problematika dan kendala penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dalam pembelajaran Sains yaitu kurangnya pengetahuan tenaga pendidik dalam menggunakan media ini dan sarana penyediaannya masih terbatas sehingga tenaga pendidik lebih memilih untuk tidak menggunakan media berbasis teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H