Surat kabar mingguan PUBLIK sudah sebulan benar-benar tidak bisa terbit. Untuk Kusnadi, artinya dia menghela nafas saja. Itu juga kalau ada acara-acara, dia selalu datang. Malah kemarin baru menonton sepak bola antara Persib Bandung melawan PSIT Cirebon di Stadion Siliwangi.
"PUBLIK sudah terbit lagi?" tanya Zaenal yang menjadi sekretaris SIWO waktu bertemu di kantor KONI.
"Mudah-mudahan minggu depan." balas Kusnadi pelan. Menjawabnya begitu daripada tidak menyahut saja.
"Katanya mau dijual?" tanya Wawan. Wartawan Antara yang relatif rajin.
"Kata siapa?" Kusnadi agak terkejut, karena belum mendengar kabar itu sebelumnya.
"Ada yang bilang, katanya Wijaya sudah tak sanggup memberi modal lagi. Apa katanya korannya selalu merugi. Sehingga beralih ke usaha peternakan di Pangalengan.
Kusnadi mengangguk pelan.
"Buka peternakan?" Zaenal sepertinya tidak percaya.
"Padahal ikut saja Kus,. Lebih baik mengurus sapi, daripada jadi wartawan. Mudah-mudahan bisa sehat kan setiap hari minum susu."
Kusnadi tertawa kecil. Dia terus pergi ke lapangan. Saat sepak bola sudah berlangsung pikirannya tidak terlalu ruwet. Duduk di sudut berdampingan dengan Iwan dari Pikiran Rakyat yang sedang asyik memotret, dia tidak banyak bicara. Iwan juga katanya sudah mendengar, PUBLIK akan dijual. Atau kalau diperhalus, akan merger. Tetapi apa benar Wijaya yang menjadi pemimpin umum sekarang akan aktif lagi atau tidak, belum begitu pasti.
"Kalau dijual secara terang-terangan, tentunya juga kan tidak bileh." kata Iwan. "Cuma kalau saja ada yang berniat ngemodalin, oleh Wijaya akan dianggap saudaranya."