Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Barata

Marketing Perbankan

Hakikat Perayaan Hari Raya Idul Fitri

Diperbarui: 19 Mei 2021   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjalani ibadah puasa Ramadhan bagi sebagian orang terasa melelahkan dan merepotkan. Tetapi bagi umat Islam yang memenuhi syarat tetap harus menunaikan kewajiban berpuasa. 

Setelah lulus melewati segala ujian lahir dan batin selama bulan Ramadhan, pada tanggal 1 Syawal kita bergembira merayakan Hari Raya Idul Fitri, kita biasa menyebutnya Hari Kemenangan. Bagaimana kita tahu telah lulus? Hanya Allah yang tahu, dan tanyakan kepada diri masing-masing apakah telah lulus?

Hari raya Idul Fitri memang seharusnya dirayakan dengan penuh suka cita, karena kita mendapat keutamaan dan karunia dari Allah. Buah kebahagiaan bila taat beribadah, seutuhnya bersyukur, bertaqwa, dan beramal shaleh karena lillaahi ta'ala.

Tetapi seiring waktu berjalan hari raya Idul Fitri mengalami pergeseran makna. Sebagian orang menganggapnya harus dirayakan dengan meriah, mengadakan pesta, harus berpakaian serba baru, harus menyajikan makanan-makanan dan minuman-minuman mahal, agar terlihat mewah. 

Sebagian orang membalas dendam setelah sebulan dikekang dan menahan hawa nafsu, di hari lebaran makan dan minum enak berlebihan. Sebagian lagi menganggapnya sebagai hari kebebasan atau hari kemenangan besar. Dan kita tidak tahu apakah mereka melaksanakan ibadah puasa Ramadhan atau tidak?

Bulan Syawal adalah bulan ke-10 dalam tahun Hijriah, yang artinya naik, ringan, atau membawa (mengandung), saat umat Islam  merasakan meningkatnya amal ibadah sesudah digembleng selama bulan Ramadhan.

Banyak orang yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh, selalu mengharapkan berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan, dan selalu berharap agar ibadah Ramadhan yang telah lalu diterima Allah SWT.

Dari Jabir r. a. diriwayatkan, di hari-hari terakhir Ramadhan Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan, "Saat datang akhir bulan Ramadhan; langit, bumi, dan para malaikat menangis, sebab merupakan musibah untuk umatku." Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah musibah apakah itu?" Rasulullah Muhammad SAW menjawab, "Lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, dan azab ditolak."

Hasil dari perjalanan ibadah selama bulan Ramadhan akan tampak sesudah bulan Ramadhan berakhir. Bila ibadah di bulan Ramadhan berlanjut ke bulan-bulan lain dan tetap terjaga, semoga ini pertanda keberhasilan kita melalui berbagai cobaan dan rintangan. Semoga kita berhasil meningkatkan amal ibadah dan derajat ketaqwaan kita dengan mendapat keridhoan Allah SWT. Semoga kita termasuk orang-orang yang meraih kemenangan di hari yang Fitri. Aamiin.

Saya pernah menyimak seorang da'i dalam dakwah virtual menyebutkan di hari raya Idul Fitri umat Islam mendapat kemenangan spiritual (jiwa); jiwa yang menang selalu nersih dan suci dari berbagai penyakit syirik, sombong, hasad, dengki, dan berbagai penyakit hati lainnya.

Allah SWT berfirman,"Sungguh telah menang dan beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (terjemah Al Quran Surat Asy-Syams : 9 - 10).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline