Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Barata

Marketing Perbankan

Persaudaraan dan Persahabatan Kami di Bali

Diperbarui: 21 Juni 2020   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di masa menempuh pendidikan sekolah menengah di Bali saya dan teman-teman belajar, main,olah raga,menari,main musik,dan di segala kegiatan kami. Kami seperti tidak menyadari kalau kami berasal dari suku, budaya yang betbeda-beda. Ada yang berasal dari suku Bali, Jawa, Sasak,Sunda,Ambon,Flores,dan lain-lain. 

Ada yang beragama Hindu (mayoritas),Islam,Katholik,Kristen Protestan,Budha...Akhirnya kami sadari kalau agama kami berbeda-beda ketika kami masing-masing berangkat pada hari-hari beribadah kami ke tempat ibadah yang berlainan.Ada yang berangkat ke Pura,Masjid, Gereja, Vihara.

Pada saat kami menjalani aktivitas kami bersama,semua perbedaan ini tidak menjadi masalah.Suatu saat ketika kami main ke Pantai Kuta, lalu bertemu dan berkenalan para wisatawan asing remaja sebaya kami, pada saat mereka menanyakan , What is your religion?" Mereka tersenyum karena agama kami berbeda-beda.

Waktu itu ada Pendidikan Moral Pancasila ,setelah kami mempelajarinya, kami menyadari memang kami berbeda-beda semua.Tetapi kami bertekad saudara tetap saudara,sahabat tetap sahabat, hidup di negri yang harus menerima segala perbedaan. 

Kami hidup bersama di Republik Indonesia, harus hidup berdampingan dengan damai, rukun,sejahtera bersama, tepa selira, saling menghargai,saling menolong, di daerah dan tempat yang kami butuhkan bersama untuk bernaung, baik di saat-saat belajar maupun di saat-saat bekerja.

Mengingat cita-cita luhur bangsa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang terdengar dibacakan oleh salah seorang fi antara kami saat upacara bendera, melestarikan dan menjaga Pancasila.

Jangan pernah terpengaruh faham-faham dan ideologi yang tidak Berke-Tuhanan, yang tidak bermartabat, yang tidak berperikemanusiaan,yang tidak bertanggung jawab, yang tidak berkeadilan,yang akan menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia.

Saudara tetap saudara, sahabat tetap sahabat, sampai kapanpun, tidak boleh dikekang atau ditindas oleh perbedaan.Kami belajar, hidup,dan tumbuh berkembang di tempat yang sama.

Persaudaraan dan persahabatan kami  di Bali tetap terjaga sampai kami lulus sekolah, lulus kuliah, setelah kami menjadi dewasapun, bahkan setelah berpuluh tahun, silaturrahim kami tetap terjaga.Tetap rukun dan damai seperti dahulu. Bahkan saat terjadi ketegangan politik karena pemilihan umum legislatif,pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah,...(tidak tahu kalau dengan kelompok masyarakat lain). Bahkan ketika salah satu penganut agama disudutkan sebaga kelompok yang mengganggu di Indonesia.Ini mengalir begitu saja sejak kami remaja dulu.

Mengekang, menindas perbedaan dan keragaman dengan otoriter berbahaya karena akan bertindak agresif terhadap mereka yang berpotensi menimbulkan disharmoni.

Misalnya membatasi orang berpikir dan berpendapat, mengingkari fakta keragaman di Indonesia tak akan pernah menghilangkan  keragaman yang tak terbatas. Mungkin hanya bisa menyingkirkannya ke wilayah pribadi. Hal ini sangat berbahaya karena isu-isu kontroversial, lalu tidak menjadi sorotan kritis publik secara terbuka.Lebih sulit perwujudannya dari sekadar perbedaan pendapat ekstrem.Jangan sampai menjadi bentuk-bentuk ketidakpuasan dan kekerasan sosial politik. Sehingga kita harus selalu mengantisipasi meledaknya pertikaian dan kekerasan sosial berbau suku, agama, ras, dan antar golongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline