Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Rasulan di Desa Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta

Diperbarui: 9 Januari 2024   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TRADISI RASULAN DI DESA TEPUS, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA


Kiki Lestari


Tradisi Rasulan yang ada di Desa Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta merupakan tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Rasulan merupakan suatu acara yang ada kaitannya dengan peringatan keagamaan yaitu memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi rasulan sudah dilaksanakan pada zaman dahulu, namun masih dilestarikan sampai saat ini.

Rasulan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tepus, untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang telah memberikan rezeki, berupa hasil panen yang melimpah di desa tersebut. Hasil panen dari masyarakat Desa Tepus, seperti jagung, padi, pisang, kacang, sayuran, dan lain sebagainya. Hasil panen tersebut akan di susun seperti gunungan dan akan dibawa saat acara kirab di Desa Tepus.

Rasulan tidak hanya dilaksanakan di Desa Tepus saja, melain di setiap pedesaan ataupun padukuhan yang berada di Kabupaten Gunung Kidul. Dengan waktu yang  berbeda-berbeda, sesuai dengan pelaksanaan panen di setiap desa. Sekaligus sebagai upaya memohon keselamatan dan menolak bahaya. Biasanya Tradisi Rasulan diselenggarakan pada bulan Juni atau bulan Juli. Tradisi ini dilaksanakan selama beberapa hari, dengan berbagai kegiatan yang berbeda.

Di dalam acara tersebut, pemerintah Desa Tepus membentuk panitia Rasulan yang dimana panitia merencanakan acara yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan, serta biaya yang akan dibutuhkan didalam acara Rasulan. Setelah terbentuk panitia Rasulan dan sudah direncanakan terkait kegiatan yang akan dilaksanakan, teknis selanjutnya yaitu terkait pendanaan. Untuk biaya pelaksanaan acara Rasulan tersebut dibebankan kepada masyarakat perkeluarga.

Dan, untuk jumlah biaya yang ditanggung warga tergantung dengan seberapa banyak kegiatan itu dan jumlah pengeluarannya. Seperti untuk biaya mengundang dalang dalam acara wayang kulit, adanya kesenian reog ponorogo, dan lain sebagainya. Dalam acara Rasulan yang dilaksanakan, terdapat warga yang menyediakan masakan khas Gunung Kidul. Misalnya : nasi uduk, peyek, jangan lombok atau bisa dikatakan dengan sayur cabai yang biasanya ditambahkan lauk seperti tempe, abon atau srundeng, gudeg, bakmi, daging ayam atau telur untuk ingkung, dan sebaginya.

Dalam kegiatan ini biasanya warga Desa Tepus, Gunung Kidul melakukan kerja bakti terlebih dahulu untuk membersihkan desa. Fungsi dari kerja bakti tersebut, tidak hanya membuat desa itu tampak bersih dan indah. Namun, juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga dan memberikan kesan tersendiri didalam kegiatan tersebut. Tidak hanya membersihkan desa saja, akan tetapi juga ada beberapa warga yang membersihkan makam keluarga yang sudah meninggal.

Pada Tradisi Rasulan yang dilakukan sangatlah meriah, ada berbagai kegiatan serta pertunjukan yang berada disetiap desa khususnya di Desa Tepus. Misalnya ada pertunjukan reog ponorogo, jatilan, wayang kulit yang digelar semalam suntuk, dan masih banyak lagi. Acara yang paling ditunggu ialah kirab, kirab biasanya dipertunjukan disetiap desa salah satunya yaitu berada di Desa Tepus, yang berada di Gunung Kidul. Acara tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan setiap desa serta warganya memakai berbagi aksesoris.

Kegiatan kirab ini, biasanya setiap warga Desa Tepus mengelilingi desa-desa terdekat dan memakai pakaian yang sudah ditentukan. Seperti memakai pakaian adat Jawa, baju batik, dan lain sebagainya. Serta para warga memakai aksesoris sebagai pelengkap dalam berbusana. Di dalam acara kirab, biasanya Desa Tepus membuat beberapa kelompok tertentu untuk dijadikan satu kelompok yang menggunakan pakaian yang sama.

Contohnya, seperti kelompok petani. Yang di mana warganya harus memakai caping dan cangkul yang sudah ditentukan oleh setiap desa. Begitu pula dengan siswa-siswi, yang menggunakan seragam sekolah dengan membawa buku sebagai aksesoris. Kemudian ada juga dari kelompok seni, yang menggunakan kostum dari identitas masing-masing kelompok. Serta ada beberapa warga yang menggunakan seragam tentara dan membawa bambu runcing untuk mengenang perjuangan pahlawan yang telah gugur. Setelah acara kirab selesai, para warga melakukan doa bersama di balai desa untuk mendoakan ketentraman dan keselamatan seluruh warga. Acara selanjutnya yaitu, kegiatan perebutan gunungan yang sebelumnya sudah disusun dari hasil panen warga setempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline