Lihat ke Halaman Asli

Kiki Dian Lesmana

Bachelor of Communication Studies

Budaya Populer, Ketika Popularitas Menjadi Konstruk yang Didewakan

Diperbarui: 13 April 2021   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi budaya populer, Pop culture (Sumber ilustrasi: resonaterecordings.com)

Budaya-budaya yang dipraktikan oleh manusia pada tataran praktisnya telah banyak dipengaruhi oleh visi para elitis kapitalisme dalam mempertahankan dan melanggengkan sistem komoditasnya. 

Visi para elitis ini adalah memonopoli budaya sebagai sebuah komoditas dengan menyentuh mentalitas kesadaran manusia untuk mencintai komoditas budaya yang telah diciptakan oleh modus kapitalisme tersebut. 

Seringkali kita tidak sadar bahwa budaya-budaya yang selama ini kita praktikan telah menguasai kesadaran kita. Salah satu contohnya adalah fantasisme yang berlebihan terhadap tokoh artis dan karya musiknya, telah menginferiorisasi otoritas logika kita sebagai manusia.

Selain itu, kita juga kerapkali keliru dalam mendefinisikan atribut budaya yang bersifat high culture ataupun low culture

High culture adalah budaya yang lahir dari kalangan tinggi, sehingga manifestasinya hanya dikhususkan untuk para kalangan atas saja dan tidak dapat dinikmati oleh semua kalangan. 

Ciri-ciri lainnya dari high culture adalah sifatnya yang mengedepankan ekslusifitas karya dan mempunyai nilai seni yang tinggi.

High culture sendiri berkembang di era pencerahan (renaissance), di mana pada saat itu, seni hanya dimonopoli oleh kalangan kelas atas. Kalangan ini senantiasa memproduksi seni dengan kualitas dan teknikalitas yang tinggi, serta sulit dicerna oleh kalangan kelas bawah. 

Salah satu contohnya adalah teknikalitas musik yang disajikan oleh Beethoven. Musik ini mempunyai teknikalitas yang tinggi dan komposisi nada yang rumit serta tidak semua orang dapat mencerna dan menikmatinya.

Budaya populer (Gambar diambil dari miro.medium.com)

Hal tersebut berbeda dengan low culture yang pada dasarnya dapat dicerna dengan mudah oleh semua orang. Low culture juga sering disebut sebagai popular culture (budaya popular). 

Budaya populer adalah produk kebudayaan yang berasal dari masyarakat bawah. Menurut Zeislar budaya populer adalah semua produk budaya yang memiliki khalayak dalam jumlah yang besar (massal). 

Salah satu ciri produk kebudayaannya adalah bersifat heterogen (disukai oleh banyak orang) dan cenderung inferior (kualitasnya rendah).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline