Lihat ke Halaman Asli

Kiki Fatmala

Alumni Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Fenomena "Citayam Fashion Week" Kebebasan yang Kebablasan

Diperbarui: 27 Juli 2022   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena "Citayam Fashion Week" Kebebasan yang Kebablasan
Oleh : Kiki Fatmala, S.IP


Akhir-akhir ini warganet dihebohkan dengan "Citayam Fashion Week", yang melanda beberapa kota salah satunya ialah kota Medan yang menjadi kota ketiga terkena demam "Citayam Fashion Week" . Fenomena ini menjadi hits di kalangan anak muda yang catwalk adu outfit  ditengah zebra cross jalan kesawan merdeka walk layaknya seorang model. 

Fenomena yang terjadi ini adalah bentuk ekspresi remaja terhadap aktualisasi diri mereka. Namun harus disadari bahwa ada rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam mengekspresikan diri jangan hanya sekedar ikut-ikutan yang lagi viral sehingga menghilangkan jati diri seorang pemuda.


Kembali menanggapi fenomena "Citayam Fashion Week" yang mana mulai dari selebgram, artis dan tokoh politik pun ikut meramaikannya. Salah satunya ialah Sandiaga Uno yang mengatakan ini adalah bagian dari demokratisasi gaya hidup milenial dan generasi Z, ia juga mengatakan ini adalah bagian dari urban tourism.

Generasi muda hari ini khususnya pemuda muslim mungkin tidak menyadari kalau mereka adalah target dari kaum LGBT yang mana kebebasan berekspresi melalui Fashoin telah menjadi pintu masuk penyakit ini. Tanpa kita sadari atau tidak dengan adanya fenomena ini menyadarkan kita beberapa hal.

Pertama, bahwa generasi ini telah kehilangan jati diri mereka, yang seharusnya diusia mereka sibuk dalam menempuh pedidikan namun ada yang putus sekolah karna ekonomi ataupun karna permasalahan keluarga (broken home) sehingga mereka sibuk mencari kebebasan diluar. 

Dalam hal ini seharusnya pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan pendidikan yang layak bagi rakyatnya. Kemudian kaum muda yang seharusnya berperan sebagai problem solver malah tenggelam dalam kenikmatan dunia semata akibat pragmatisnya cara berpikir mereka yang menganggap mudahnya meraup cuan hanya dengan konten-konten yang mereka buat.

 Inilah buah sekuler kapitalis yang menjauhkan kaum muda dari islam dan lebih mementingkan materi demi kesenangan dunia semata. Sehingga kita semakin tidak paham akan tujuan kita hidup di dunia, yakni meraih ridha Allah SWT. Sudah seharusnya kita kembali kepada system yang mampu membuat hidup para pemuda lebih terarah pada tujuan kehidupan dengan menerapkan aturan islam secara kaffah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline