Lihat ke Halaman Asli

Kiki Daliyo

Wiraswata

Sudah Seharusnya Khofifah Berguru ke Ganjar

Diperbarui: 28 Desember 2022   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: BeritaSemarang.NET

Kudengar rengekan adik bungsuku yang kala itu sedang mendapat omelan kecil dari sang ibu. Tatapannya meminta bantuanku agar terlepas dari cengkraman emakku yang garang itu, tak kuhiraukan.

Justru tangisan minta tolong itu membuatku semakin gemas, hingga tertawa sampai berbunyi "ngik-ngik".

Memang lucu sekali ekspresi adikku kala itu. Saat kutanya pada ibukku alasannya "muring-muring" itu, semakin menjadi-jadilah tawa ini mendengar jawabannya.

"Cah cilik wes ajar korupsi, dosa ngunu iku, ra berkah," omel ibukku. Tangis adikku yang semakin banter membuat heboh seisi rumah hingga kakak tertuaku turun tangan.

Dibopong dan ditenangkanlah adikku dalam pelukan hangat masku. Ditepuk-tepuk pundak adikku yang masih menangis sesenggukkan.

Hingga suasana yang sebelumnya ramai tiba-tiba mulai senyap. Dinasihatilah adikku dengan nada halus, agar ia bisa menerima wejangan dari kakakku dengan baik.

Karena usianya masih kecil, tak mungkin begitu mudah memahami nasihat kakakku. Tapi bocah itu bisa merespons amanat yang diberikan dengan baik.

Setelah reda semua masalah di rumahku, segeralah adik manisku itu meminta maaf. Dengan muka mbesengut-nya menuju arah ibukku.

Seketika ibuku memeluk erat si bungsu sambil menahan pilu, mungkin merasa bersalah sudah membentak buah hatinya.

Dalam hatiku bergumam, "Waduh, ngeri sekali ya anak sekecil itu sudah bisa menilep uang, walau pun uang orang tuanya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline