Lihat ke Halaman Asli

Aneh, Lomba Menulis Tapi Tak Ada Pemenang

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14180899511676978451

Saya kopi darat sabtu kemarin sama temen-temen di komunitas suka menulis. Nama grup facebook-nya tidak saya cantumkan, sengaja. Banyak yang kami diskusikan, share, ngobrol-ngobrol santai di restoran cepat saji sebuah mal. Mulai dari latar belakang sampai pengalaman menulis. Sampai kemudian salah seorang dari kami membahas tentang lomba menulis karya fiksi yang pernah dibuat beberapa penerbit. Dan ternyata hasilnya: TIDAK ADA PEMENANG! Kok, bisa? Ya, bisa aja. Itu hak preogatif penerbit. Di antara sekian banyak, entah berapa itu, penerbit/editor/juri menganggap tidak ada naskah yang layak untuk jadi pemenang. Tahun ini (2014) ada penerbit DivaPress yang dua kali bikin hajatan lomba menulis. Tapi dua-duanya saya sebut gagal karena tidak ada pemenang. Sangat lucu membaca pengumuman lomba dengan embel-embel hadiah pergi ke Sepang lah, jalan-jalan ke Lomboklah. Tapi hasilnya malah bull shit. Pingin tahu hasil pemenang dua lomba di penerbitan ini? Lihat saja link berikut: Pemenang Lomba Sepang: http://blogdivapress.com/dvp/2014/09/09/pengumuman-lomba-sepang-2014/ Di sana penerbit yang berkantor di Yogyakarta ini berkata di alenia terakhir: Maka dari itu, kami selaku Dewan Juri memutuskan bahwa tidak ada pemenang yang akan diberangkatkan ke Sepang, namun kami memberikan penawaran kepada kedua penulis tersebut untuk karyanya diterbitkan, dengan catatan, melalui sejumlah revisi pada beberapa bagian konten, termasuk memasukkan poin kearifan lokal. Kami berharap, pada lomba-lomba selanjutnya akan memunculkan juara-juara baru untuk dijadikan tolok ukur sebuah naskah yang benar-benar terbaik. Pengumuman Hasil Lomba Lombok: http://blogdivapress.com/dvp/2014/11/13/pengumuman-hasil-lomba-lombok-2014/ Dalam alinea terakhir disebutkan: Semasa itulah (penilaian), kami menemukan, tidak terpenuhinya 5 kriteria di atas dengan maksimal. Ada saja kekurangan yang bagi kami seharusnya tidak ditemukan dalam sebuah naskah lomba. Sehingga, kami—selaku Dewan Juri—memutuskan untuk MENIADAKAN 3 naskah terbaik dan juga tidak akan kami terbitkan. Ada lagi lini dari Mizan: Noura. Ceritanya mau bikin lomba menulis novel remaja dengan iklan jor-joran dan prestisus look. Eh, hasilnya gak ada pemenangnya.  Pantes aja sesi penjurian kok singkat banget. Yang lebih lucu saat juri menjelaskan mereka mengaku membaca semua naskah dan tak ada pemenang/tak ada naskah yang dianggap layak. Menurut saya itu omong kosong. Mereka cuma lihat sinopsis dan barangkali judul. Lihat saja mereka memilih beberapa naskah untuk diapresiasi dan dihdiahi semacam buku-buku terbitan. Judul naskah terpilih itu punya judul yang lumayan unik dan nyeleneh. jangan-jangan menilai hanya penampakan luar saja. Pengumuman Hasil Lomba Menulis Novel Noura: http://nourabooks.blogspot.com/2014/10/pengumuman-hasil-lomba-menulis-novel.html Aliena terakhir cukup lebay: Kemudian datang masa Tim Juri menyeleksi naskah-naskah tersebut. Semenjak hari terakhir penerimaan naskah. Satu per satu naskah dibaca, dinilai aspek-aspek penting dalam novel. Premis, penokohan, alur, konflik, sudut pandang, dan lainnya. Wah, ini pekerjaan berat untuk menentukan dari sekian banyak. Kami ingin menemukan naskah yang stand out. Kami ingin naskah yang akan disukai banyak orang. Kami ingin novel yang SU-PER-A-MA-ZING! Dengan berat hati, kami harus mengambil keputusan yang sulit berikut. Belum ada naskah yang bisa memenuhi semua kriteria yang diperlukan. Dan pada akhirnya Tim Juri memutuskan bahwa hasil akhir lomba ini adalah: TIDAK ADA PEMENANG. Tahun 2013 pernah juga ada lomba Passion Show Bentang Belia (Lini Mizan juga!). Seingat saya sudah diumumkan pemenangnya tapi setahu saya juga naskah pemenang belum diterbitkan. Kemana ya nasibnya? Hihi Penerbit Kredibel Setidaknya dari sini kita tahu bahwa Penerbit Diva Press dan Mizan (Noura dan Bentang Belia) termasuk penerbit tukang PHP. Temen-temen saya kompak males masukin naskah ke penerbit itu via kiriman standar. Bahkan kalau mereka bikin lomba lagi, malas gila buat ikutan. Good luck ajalah buat penerbit 'kenamaan' ini. Toh itu hak mereka juga. Tapi nggak semua penerbit kayak gitu, kok! Penerbit KPG dengan lini Ice Cube-nya sudah dua kali bikin hajatan. Pertama lomba Bluestroberi yang naskahpemenangnya sudah semua diterbitkan. Yang baru YARN yang pengumumannya akan diumumkan 15 Desember ini. Gagas Media juga termasuk penerbit terpecaya, Inget dong dengan lomba tahunlalu 7 Deadly Sin? Tiga naskah pemenang sudah diterbitkan. Empat sisanya yang belum. Semoga apa yang saya bagikan bisa berguna buat teman-teman. Tidak ada maksud menjelek-jelekkan penerbit-penerbit atau apapun itu namanya. Sebab setahu saya lomba bergengsi DKJ Lomba Menulis Novel pun sempat tidak ada pemenang. Uniknya naskah unggulan diterbitkan. Jangan keseringan aja ya para pimpinan Diva Press dan Mizan. Sudah dua kali nih bikin lomba tapi "digagalin". Kalau mau lebih estetik, kasih panel khusus di poster atau pengumuman. Misalnya "ada kemungkinan tidak ada pemenang". Jadi peserta lomba tidak terkesan 'dikibulin". Saya dan teman-teman tahu bahwa tidak boleh gegabah menerbitkan buku. Tapi Anda orang-orang penerbit, Kalian sudah bikin acara, tidak bisa seenaknya membatalkan semuanya. Itu mengoyak kepercayaan para penulis. Kalau gitu caranya mending tetep buka kiriman standar aja. Misalnya ngasih pengumuman ala iklan baris: Dicari naskah remaja tentang tuyul dan dedemit. Nah, pasti deh bakalan banyak yang ngirim. Editor pun bakal kebanjiran kiriman via email! Jadi nggak terkesan seenaknya. Bagian Dua Tulisan saya yang berjudul Aneh, Lomba Menulis Tapi Tak Ada Pemenang memang cukup keras menampar editor dan pihak penerbit yang saya singgung di sana.  Cukup bikin deg-degan karena saya nggak segan-segan nyebut nama penerbit. Pengennya sih diangkat admin jadi HL atau TA biar dibaca lebih banyak orang. Tapi saya tahu opini saya terlalu keras. Lagipula Kompasiana sudah beberapa kali menjalin kerja sama dengan Mizan, dalam proyek buku-buku komplikasi eh kompilasinya. Cukup seneng karena artikel saya itu cuma mejeng di highlight. Yang unik menggelitik Edi Akhiles sang Editor Penerbit Diva Press buka suara di social medianya di https://www.facebook.com/edi.akhiles. Sebagai penulis yang konon populer dan punya hati yang tulus mengembangkan minat menulis anak muda, beliau menguntaikan statusnya bahkan share link artikel saya juga. Wah, menurut saya itu keren Pak! Jangan andaikan-andaikan saja, undang saya. Kirimi saya surat atau buat artikel terbuka. Bikin akun Kompasiana kalau belum bikin. Baru tahu wajah Pak Edi. Berikut beberapa komen yang muncul di fanpage Diva Press di sini. Kurnia Dwi Pertiwi lebih baik kalah daripada nggak ada kejelasan Erlin Intania Lomba - kompetisi - kejuaraan. Satria Sastromihardjo intinya, nerbitin buku di publisher mayor itu: kudu punya kenalan orang dalem, kekuasaan (jabatan/uang/nama), dan keberuntungan. #rusuh Lindsay Lov’ DKJ pernah ga ada pemenang juara 1 nya, juara 2 dan seterusnya ada Tari Almira Sn Tentu saja tidak aneh jika memang tak ada satu pun tulisan yang lulus standar juri. Tapi kalau sudah ada nominasi tapi gak ada satu pun pemenang ya aneh. Lebih baik ditiadakan sejak awal daripada php. Giantsugianto Sg lomba tanpa pemenang? tidak saja aneh, itu bukan lomba, itu pengajuan naskah! kalaupun tidak ada juara 1 pasti ada kreteria turunan juara dibawahnya, minimal juara favourite. Saya paling geram dengan lomba yang demikian. Memandang gampang jerih keringat peserta. Menggampangkan cara pandang yang bersifat ego sentris pribadi atau kelompok. Dan para peserta itu akan mengingat pada lomba mendatang, juga mention ke jalur pertemanan sesamanya. Ingat itu! Gita Kwee Aneh lah…..meski penulis amatir blm berpengalaman atau apalah….tp jerih payah melahirkan sebuah karya bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Penulis senior yg karyany telah terbit dan selalu jadi bestseller sebelumnya juga pernah merasakan masa2 sebagai penulis amatir. Mengirimkan karya mengikuti sebuah lomba, bukanlah tanpa sebuah usaha, jika diabaikan dan tanpa kejelasan dengan ditiadakannya seorang pemenang rasanya lomba tersebut hanya ajang “mencuri ide”saja. Aku sendiri sudah malas mengikuti lomba2 seperti itu, yang kesannya hanya diperuntukkan bagi penulis bernama atau yang sudah dikenal saja. Kalau mau menulis sebaiknya tulis dan kumpulkan lalu terbitkan sendiri. Biarkan pasar nanti yang menilai baik atau tidak tulisan kita. Lomba tanpa pemenang itu aneh. Pengumpulan karya tanpa satupun yang terpilih itu namanya submisi karya. Kalau lomba belum ditemukan pemenangnya, bisa diperpanjang lombanya dan paling enggak karya yang masuk nominasi mendapatkan masukan dari juri mengenai kekurangan dari karya tersebut dan sisi mana yang bisa diperbaiki kedepannya…. Apalagi jika jelas-jelas lomba terbuka untuk penulis amatir, lalu kriteria yang dipermasalahkan adalah.standar sebuah karya yang pantas diterbitkan atau tidak. Kan tidak dijelaskan kalau lomba menulis itu hanya boleh dan bisa diikuti oleh penulis yg tahu dan mengerti standar layak terbit sebuah penerbit mayor, sementara yang gak mengetahui standar yang dimaksud sebaiknya tidak usah ikut atau bersiap - siap untuk diperlakukan seenaknya….. Giantsugianto Sg Seekor kuda mencopot kacamata kudanya. Diujung sabana tampak kuda betina nan elok. Kuda itu lari menghampirinya. Tak peduli hijau daun atau pecahan batu dibawah kakinya. *kuda pedati beda dengan kuda perang Semesta Kecil Saya pernah bekerja dipenerbit buku, yg seperti ini biasanya alasan penerbitnya j. Karena ngga’ ada dana untuk melanjutkan projectnya, untuk membeei royalti kepada para pemenang maupun mencetak plus menerbitkan Achmad Ali Akbar sebetulnya bukan hadiah yang penting… tapi kemauan untuk menghargai orang lain lah yg penting… dalam rangka menghargai peserta lah yang mestibya dibangun oleh panitia.. tidak hanya prleserta saja yg menghargai panitia … adapun hadiah adanya juara itupun merupakan bentuk penghargaan dan kehormatan bagi peserta swhingga ia semakin bergelora dalam menulis … saya kira senior dalam “industri” kepenulisan harus memahaminya … Zhang Idawati Kalau mau begitu harus dicantumkan sejak awal di prasyarat, bahwa ada kemungkinan tidak ada pemenangnya kalau juri menganggap tidak ada yg layak. Kalau gak, ya gak fair lah.

1418185621693864663

—————- Alhamdulillah, akhirnya banyak yang bersuara sama saya. Dua lomba Diva Press itu dilakukan awal tahun lalu diumumkan medio 2014 tapi TAK ADA SATU PUN YANG PROTES ATAU KRITIK KERAS SAMPAI SAYA MELAKUKANNYA. Semoga Penerbit Diva Press bisa lebih baik lagi. Ini adalah bentuk kecintaan kami para penulis muda kepada penerbit. Terima kasih pula pada Bentang Belia yang sudah memberikan konfirmasi terbuka di artikel saya yang pertama. Kasus kalian tidak sama dengan kasus dua lini yang ada. Hajatan Bentang Belia sudah ada pemenang namun menunggu waktu untuk diterbitkan. Case closed. :D



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline