Lihat ke Halaman Asli

Binar Mata Papua

Diperbarui: 21 November 2022   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Papua....
Sebagian jiwa yang dianggap berbeda
Padahal kita semua sama
Tanah luas hartanya terkuras sudah
Kekayaan melimpah ruah, kini tinggal ampasnya saja
Rakyatnya susah harga kebutuhan pokok menjajah
Anak-anak kecil berjalan tanpa alas kaki untuk melangkah
Ingin tetap berpendidikanpun rasanya susah
Lari kesana lari kesini dengan topangan tubuhnya
Berpakaian seadanya
Namun tetap dijalaninya
Tetap berjalan diatas kakinya dengan bermodal barter untuk tetap bernyawa
Mereka kaya akan segala halnya
Tapi serba susah sebab dirampas segala haknya
Mamak, bapak dengan suka rela menjamah tangan, berbagi bersama sekelilingnya
Tetap ramah terhadap sesama
Walau selalu diliputi sulit dan kesederhanaan dalam hidupnya
Senyum merona, gigi berderet dengan senyum penuh irama
Mata berbinar bak lautan syurga
Lihatlah mereka, betapa kita terlepas pandang terhadapnya.

Tanah yang sebenarnya subur, semakin gersang oleh sebab ulah manusia.

Bumi, 21 November 2022

Kiki Ambarizki




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline