Lihat ke Halaman Asli

Tekanan, Bualan atau Ancaman

Diperbarui: 11 November 2022   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia di ciptakan untuk tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat. Begitupun orang tua, mereka menginginkan anak maka mereka juga harus bertanggung jawab beserta ikut andil dalam tumbuh kembang baik secara fisik maupun psikis.

Anak bukanlah sebuah investasi dari manifestasi, melainkan sebuah anugrah yang harus diberkati. Terkadang sebagai orang yang sudah lama menyelami kehidupan lebih angkuh akan dunia luaran, tidak mau mendengar apalagi kembali belajar. Titik sibuknya lebih banyak diluar kendali, daripada memulai dari hal terdekatnya sendiri. 

Bukan sedang menghardik seorang yang lebih dihormati, melainkan tengok sejenak, anak-anak kecil yang terlantar akan ulah yang nyaris tak sadarkan diri. Coba tengok bayi-bayi yang tergeletak di ranjang lusuh atau kerumunan anak yang kehilangan orang tuanya di panti, ini masih ditahap lebih baik lagi. Tengok yang terbuang terlempar di tong sampah dengan gulatan bau busuk yang menyengat, kulit tipis kedinginan yang tak mengerti apa-apa harus dibuang dan terlempar.

Tak hanya bayi yang ditelantarkan, masalahpun silih berganti. Ada yang tidak dibuang namun nasibnya hampir mendekati. Layaknya ada namun seperti tercabik habis setengah mati.

Apa yang ingin kalian cari?

Bukankah kalianlah rumah yang anak-anak miliki? Rumah sesungguhnya untuk kembali sekedar berkeluh kesah, bahkan menanggung lelah saat raga mulai disibuki oleh nestapa dunia yang keras ini.

Rumah yang seharusnya nyaman di tempati, malah usang seperti tak berpenghuni, seharusnya teduh dan hangat, malah ripuh dan selalu keluar mulut jahat. Kenyamanan itu hilang setelah kepergian kasih sayang. Kenyamanan itu hilang, setelah satu persatu orang sibuk dengan ambisi yang tak berkehabisan. Kenyamanan itu hilang satu persatu, sampai akhirnya jatuh dan saling menyalahkan.

Perlahan perhatian, kasih sayang hilang. Anak menjadi investasi paling menggiurkan untuk tetap hidup di dunia yang makin kelam. Sibuk bermalas-malasan, anaknya tetap diperlakukan sebagai sarana mengejar uang. Pendidikan bukan lagi sebagai penunjang, baginya pendidikan adalah sampah yang harus dibuang, yang dipikirkannya hanyalah uang dan uang. Selagi anak adalah investasi, maka hidup tak akan mati baginya.

Anak ditekan habis, sampai bisu mulai meringis. Anak diancam dengan bualan sampai habis rasa sesal dan kesal. Anak dibuat tunduk sampai akhirnya enggan untuk mengangguk.

Ada apa dengan dunia yang semakin hina ini? Anak bukan investasi, anak memang ladang doa untukmu nanti, tapi bisakah sedikit mengerti, sedikit memahami berilah cinta itu, berilah sayang itu dan saling bekerja sama dalam menyatukan apa yang ada. Menyuarakan rasa dalam diskusi kecil yang menyenangkan, berargumentasi perihal masa depan, bukankah itu lebih menyenangkan daripada terus menyalahkan dan memanfaatkan. 

Anak punya raga dan jiwa, anak punya rasa dan cipta, anak juga punya keputusan sendiri yang bisa diambilnya. Bukan lagi tentang apa yang orang tua mau, melainkan apa yang anak bisa, dukunglah. Berilah sedikit cahaya, berilah sedikit asa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline