Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Jalanan

Diperbarui: 11 Oktober 2022   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Inikah Kamu, pangeranku?

Sejak ini,
Aku lupa akan rinduku,
Sebab Kamu,
Sebab rindumu yang mengantarkanku padaNya.
Kau manis, tapi Aku tidak cinta
Lebih dari itu, Ku bahagia.

Aku pemujamu yang tak terlihat,
Tak pula tertengok,
Aku tahu itu,
Tapi aku pura - pura tak tahu
Biar aku tetap merasa dicintai dari jauh,

Ku menaruh hati pada rongga yang kosong

Hari ini,
Aku merasakan angin tanpa pelukan
Semilir tanpa kecupan
Berkemas sendiri dengan kisruhnya perasaan,
Persetan peperangan otak kosong yang penuh umpatan.

Katanya, debu itu tak berarti,
Disuruhnya pergi meniup dengan kasarnya, mendorong dengan alat yang mampu menyungkurkan debu.

Ia diam ( debu )
Ia tahu tempat kembali,
Tempat aman, dimana ia akan amat dibutuhkan kala kering kerontang.

Ada Kamu, Ku ingin tahu

Hari ini,
Aku merasakan angin tanpa pelukan
Semilir tanpa kecupan
Berkemas sendiri dengan kisruhnya perasaan,
Persetan peperangan otak kosong yang penuh umpatan.

Katanya, debu itu tak berarti,
Disuruhnya pergi meniup dengan kasarnya, mendorong dengan alat yang mampu menyungkurkan debu.

Ia diam ( debu )
Ia tahu tempat kembali,
Tempat aman, dimana ia akan amat dibutuhkan kala kering kerontang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline