Lihat ke Halaman Asli

Orang Tua Saya Petani Sejahtera

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Bukan bermaksud sombong atau membangga-banggakan titipan rejeki yang Allah karuniakan kepada orang tua saya. Hanya saja saya ingin sedikit berbagi dengan rekan-rekan pembaca Kompasiana tentang pengalaman saya sebagai anak Petani tulen.

Standar hidup sejahtera tentu saja relatif. Bagi saya pribadi, sejahtera itu adalah ketika kita terbebas dari hutang.

Saya berasal dari Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Luwu, tinggalnya di pedalaman, terus masih di pedalamannya lagi. Pokoknya saya tinggal di salah satu dusun di sana. Sumber mata pencaharian utama di kampung saya adalah hasil persawahan, perkebunan coklat dan tambak ikan bandeng. Namun tidak semua warga beruntung bisa memiliki ketiganya. Alhamdulillah, orang tua saya termasuk orang yang beruntung.

Di tahun pertama dan kedua kuliah, tepatnya tahun 2003/2004, teman-teman sebaya saya yang bisa mengecap bangku kuliah hanya sedikit. Kebanyakan terpaksa memilih mengubur impiannya untuk kuliah karena keterbatasan biaya. Di kampung saya tidak ada yang berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil/Swasta), semua menggantungkan mata pencahariannya sebagai Petani.

Namun, dengan berjalannya waktu dan banyaknya bantuan Pemerintah yang masuk ke kampung saya demi menunjang kegiatan Pertanian, Alhamdulillah, taraf kesejahteraan masyarakat di kampung saya sangat meningkat. Rumah-rumah yang dulunya hanya terbuat dari papan kayu hampir semuanya berganti dengan beton. Jika dulu saya sering berbagga karena hanya saya yang bisa menggunakan sepeda motor ke sekolah, sekarang malah motor nilainya sama seperti memiliki sepeda di waktu dulu.

Berhubung sejak kuliah hingga sekarang saya sangat jarang tinggal di kampung, tentu saja saya heran melihat perkembangan tersebut. “Kok semua orang sudah pada kaya yah di kampungku ini, heran!”, begitulah kira-kira celetuk hatiku pada satu waktu. Akhirnya saya bertanya kepada bapak saya, dan beliau menjelaskan tentang bantuan-bantuan Pemerintah yang kampung saya dapatkan. Mulai dari pembangunan Irigasi untuk persawahan, pembangunan jalan-jalan tani, pembagian pupuk gratis serta bibit tanaman yang juga gratis dan masih banyak bantuan lainnya.

Jika dulu panen padi hanya bisa 1x/Tahun, Alhamdulillah, sekarang sudah 3x/Tahun. Jika dulu Petani bingung akan menjual kemana hasil pertaniannya, sekarang para pembeli yang berebut masuk ke kampung karena infrastruktur jalan yang sudah memadai.

Dan tentang orang tua saya, sekarang saya malah iri terhadap mereka. Mereka yang hanya Petani biasa, tamat SD pun tidak tetapi penghasilan mereka jauh lebih besar daripada saya yang seorang S1 dan Engineer pula di bidang Offshore Construction Industry. Dan yang lebih bikin iri adalah kebebasan waktu yang mereka miliki.

Ini ceritaku tentang Petani di daerahku, apa ceritamu???




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline