Lihat ke Halaman Asli

Kiki fatmawati

Aktivis Literasi

Komunitas Adat Terpencil Menghasilkan Produk Inovatif

Diperbarui: 15 Februari 2020   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Barangkali sebagian dari kita belum mengetahui benar apa itu Komunita Adat Terpencil, atau yang sering disebut dengan istilah "Warga KAT". Berada pada daerah terpencil yang memperoleh bantuan Rumah hunian oleh Kementrian Sosial RI.

Sesuai dengan namanya, lokasi ini memiliki akses transportasi yang sulit dijangkau dan tergolong lokasi yang masih tertinggal dalam struktur dan perkembangan masyrakatnya. Salah satu lokasi KAT yang berada di Nusa Tenggara Barat, berada di Dusun Tanggani Desa Sarae Ruma Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Jarak tempuh yang dapat dilalui untuk sampai di lokasi KAT Tanggani ini ada dua jalur yaitu darat dan laut. Estimasi waktu jalur darat dapat ditempuh selama kurang lebih 8 Jam lamanya dan untuk jalur laut sendiri dietmpuh dalam waktu 1 jam perjalanan.

Desa ini juga terletak di wilayah paling timurnya NTB dan berbatasan langsung dengan Australia sehingga sering banyak turis yang masuk ke Desa ini untuk sekedar berwisata.

Tahun ini sebanya 51 KK Rumah di Dusun Tanggani ini, sudah menunjukkan perubahan kecil yang tentunya bagi sebagian orang ini merupakan hal yang wajar. Namun tidak untuk lokasi KAT, hal kecil seperti adanya pagar rumah, kebersihan sanitasi, adanya air bersih, pembangunan fungsi MCK, gotong royong perbaikan jalan dan tatanan pekaranagan rumah yang mencerminkan keindahan untuk masing-masing rumah menjadi hal baru untuk warga KAT di Desa ini.

Bantuan air bersih yang sekarang dinikmati oleh warga KAT Tanggani merupakan hasil dari koordinasi antara Pendamping dengan Dinas PU dan Perkim. Sehingga saat ini warga KAT mampu menikmati air bersih dengan mudahnya yang sudah terpasang di depan rumahnya masing-masing.

Selain itu juga MCK yang sudah ada di Dusun ini berasal dari bantuann Dinas Sosial Kabupaten Bima sebanyak 19 buah. Pembangunan MCK ini sendiri juga diselesikan dengan cara gotong royong bersama dimana satu MCK digunakan oleh 3-4 KK untuk satu MCK.

Pekarangan rumah sendiri sudah mampu berfungsi dengan baik dengan banyaknya tanamaan hias dan bibit buah yang ditanam oleh warga di pekarangannya. Pekarangan ini semakin indah dengan adanya pagar rumah yang sudah terbangun di tiap masing-masing rumah dengan bahan baku kawat dan bambu yang dibuat oleh warga sendiri.

Kondisi lainnya terkait pekerjaan warga KAT yang sebagian besar bertani di ladang pegunungan.Penghasilan yang juga hanya diperoleh satu kali dalam satu tahun, ditambah adanya gagal panen menjadikan warga KAT di Dusun ini memerlukan solusi untuk pekerjaan lainnya sebagai alternatif tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tidak hanya itu, ada sebagian masyarakat yang tidak bekerja dikarenakan tidak memiliki kebun sendiri. Ditambah keberdaaan para pemuda di Desa ini yang sebagian besra belum memiliki pekerjaan alias penganggguran.

Namun di lain sisi, potensi alam Desa ini menawarkan hal yang mampu diolah untuk dikembangkan menjadi sebuah produk kreatif dan inovatif yang bernilai ekonomis. Adapun potensi alam yang dimaksud meliputi Tanaman Pisang, Tumbuhan Kelor dan Pohon Bidara yang mendominasi di sepanjang pesisir pantai dan kebun yang tumbuh liar atau yang lebih dikenal dengan Bidara Laut. Masyarakat juga sejauh ini hanya memanfaatkan Kelor sebagai konsumsi hari-hari sebagai sayur untuk pelengkap nasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline