Lihat ke Halaman Asli

kiki esa perdana

pemerhati komunikasi politik dan penggemar sepakbola

Politik Identitas, Apa Salahnya?

Diperbarui: 29 April 2024   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara sederhana, orang2 mengartikan politik identitas adalah sebuah kegiatan politik yang berdasarkan identitas individu baik dari etnis, ras, suku, hingga agama. Sebenarnya jika kita membaca definisi sederhana tadi, politik identitas memang tidak ada salahnya, karena hampir setiap manusia pasti memiliki identitas yang tercermin dalam keseharian mereka, misalnya muslim menggunakan baju koko atau kopiah dalam keseharian, kristiani menggunakan kalung salib sebagai aksesoris dlam berpakaian keseharian mereka. Betul, tidak ada yang salah, namun jika kita lihat dalam kacamata yang lebih luas, tentu politik identitas pun tidak lepas dari hal yang negative, bahkan cenderung lebih "destruktif dalam pendapat saya. Dalam kadar yang tinggi, politik identitas bisa menyerang golongan tertentu yang menimbulkan diskriminasi hingga radikalisasi. Saya akan coba break down sedikit demi sedikit.

Politik identitas pada beberapa kasus bisa menghasilkan suiatu fenomena diskriminasi dan pemisahan, misalnya, saat kelompok kepercayaan A "menguasai" jalan x, maka siapapun yang bukan dari kelompok keagamaan A, tidak boleh melintas kesana atau misal jikapun boleh harus bayar restribusi. Ini contoh sederhana akan sebuah diskriminasi dan pemisahan, padahal seperti yang kita tau, jalan adalah fasilitas umum.   

Politik identitas pada beberapa kasus, tanpa sadar baik disengaja ataupun tidak,  menghasilkan kebijakan yang mengarah pada kepentingan kelompok tertentu, misal kelompok kepercayaan A tadi, menjadi penguasa daerah, maka banyak kebijakan atau Keputusan yang muncul, disinyalir akan berujung hanya pada keuntungan kelompok kepercayaan A tadi, tidak menguntungkan untuk kepercayaan lain selain kelompok A, hal ini cenderung inklusif dan tidak adil.   

Politik identitas pada beberapa kasus tertentu menghsilkan suatu bentuk eksploitasi politik,  walaupun kelompok kepercayaan A tadi ,enjadi penguasa, terkadang banyak penganut kepercayaan A tadi, yang tidak memiliki paham yang sama dengan para pemangku kebijakan, jadi walau antar sesame kelompok A, akan ada juga kasus ekspolitasi akan kepercayaan A, yang mana biasanya tidak menghasilkan mufakat 100%, walaupun dalam kelompok yang sama.

Pada level tertinggi, politik identitas akan menghasilkan suatu bentuk radikalisasi politik, mendorong fanatisme berlebihan dan fanatisme buta, sehingga akan memandang sebelah mata, kelompook lain yang bersebrangan apalai yang berbeda.

Politikus menggunakan politik identitas sebagai cara untuk mengapai kekuasaan tidak bisa kita salahkan secara metode, politikus pasti menggunakan beragam cara untuk mencapai kekuasaan, termasuk politik identitas dan misalnya budaya popular demi kepentingan elektoral.

Politik identitas oleh para ahli kadang disangkut pautkan dengan etika politik, lalu apa itu etika politik? Etika adalah gaya berpikir akan tindakan manusia sebagai manusia pada umumnya. Etika saya dan etika anda pasti berbeda, jadi pandangan politik identitas, walau muncul dari sebuah consensus, yang menjadi kesepatan yang ditaati bersama, akan memiliki penilaian sudut pandang yang berbeda, setuju dan tidak setuju.

Pada akhirnya seperti pada isu lainnya di politik, anda Kembali menjadi tim penilai, apakah politik identitas adalah sesuatu yang dihalalkan atau lebih banyak sisi negatifnya dan melanggar etika politik, kalo saya, jelas yang kedua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline