Lihat ke Halaman Asli

Kiki Isbianto

penulis lepas

Rumah Makan Pak Gepeng

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Seorang teman pelaut, begitu turun ke darat, didemo abis oleh penduduk kampung tengahnya. Terpaksa dia mampir kedai Mamak, pesan mie rebus. Lima menit kemudian, pesanannya datang, dalam bentuk : mie goreng.
Karena takut demonya berubah anarki, kesalahan pesanan inipun diterima apa adanya, dan dilahapnya cepat. 

Saat asyik mengunyah, seorang pelayan lain mondar mandir, membawa semangkok mie rebus.. sambil mencari.. siapakah pemesannya tadi ? Tak nampak tamu lain dalam kedai. Hanya seorang Pelaut sedang nikmat melahap makanannya. Pelayan pun berjalan kembali menuju dapur, gak enaklah ganggu orang sedang makan, ujarnya dalam hati.

Sebelum pelayan menghilang ke dapur, teman pelaut ini ternyata masi kelaperan, dan berteriak.. “Mamaaak, itu mie rebos ke ? “ sambil ngelap belepetan bibirnya, “jom.. bawa sini “ lanjutnya.
Bersorak rianglah seluruh penghuni kampung tengah, menantikan kenikmatan dunia sesi kedua ini.
Saat bayar, dalam bon hanya tertera mie rebos dan ti-o-ais. Waktu Pelaut mengakui makan mie goreng juga, Mamak kasir bilang, “ooh.. you makan mie goreng tu ke ?” wajahnya berubah serius, “patutlaa.. saya pegi sholat kejap, lesap diye..”

Makanan yang disajikan berbeda dengan pesanan awal ? Biasaaa... Salah dan khilaf itu manusiawi. Bukan kiamat lah.Pernah pesan ketoprak, yang muncul karedok. No problemo, toh keduanya sama-sama berbumbu kacang dan sama sedap di lidahnya.
Namun, yang akhirnya menjadi masalah, waktu sesendok karedok sudah masuk mulut, sang waitress keluar dari dapur membawa sepiring ketoprak. Lalu meletakkannya disisi piring karedok. Menarik kembali piring karedoknya. Dan tanpa dosa menyuguhkan karedok bekas ini, pada pemesan sesungguhnya.
O – o, bagaimana kalau ini terjadi sebaliknya ? Pesanan kita sudah sebagian dimakan orang lain, ditarik ulang, lalu disajikan untuk kita ?

Minggu lalu, teman pelaut pelahap dua macam mie diatas beserta istrinya menjadi teman makan malam kami. Mereka pesan orange juice. Beberapa menit kemudian, waiter kembali mengabarkan oranges-nya habis. Teman pelaut ini lalu pesan coca cola dingin. Sang Istri minta lime juice hangat. Akhirnya yang tersaji : teh hangat manis dan lime juice dalam gelas penuh es batu… biasaaa... manusiawii…

Pernah kopdar rame-rame di Bogor, dan bareng seorang sobat pesanlah kami : Lemon Squash. Sampai semua pesanan datang dan ludes dinikmati pemesannya, minuman ini tidak muncul juga. Akhirnya kami minta aqua gelas saja, sambil berusaha mengoptimalkan kekuatan pikiran, agar si aqua ini berasa lemon squash.

Dalam beberapa pentas Srimulat dulu, Pak Gepeng sering diminta Bu Jujuk atau Pak Asmuni, untuk menyiapkan minum. Pesanan awal biasanya kopi. Setelah mengiyakan, Pak Gepeng menghilang untuk menyiapkannya. Sebentar kemudian blio muncul kembali, dan berujar.. “Pak.. kopinya habis”
Pesanan pun berubah, menjadi teh. Pak Gepeng melakukan hal yang sama lagi, dan kembali dengan senyuman khas nya, “Bu.. teh nya habis”
Bu Jujuk dan Pak Asmuni tetap sabar, dan minta disiapkan air putih saja. Sekali lagi Pak Gepeng melakukan adegan yang sama, dan kembali dengan laporan.. “Pak.. Bu.. sumure sat..”

Tetaplah bersyukur bila makanan atau minuman yang tersaji, berbeda dengan pemesanan awal. Daripada dapat laporan sumurnya kering, makan dan minum apa kita nanti.

KL, 12 Jan 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline