Rekonstruksi & Revitalisasi Jalur Rempah: "Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia"
By: Nana Suryana
Membangun reputasi Indonesia di dunia Internasional masih terus digalakan. Presiden Joko Widodo, dalam Rapat Terbatas Tindak Lanjut National Branding pada Februari 2017 silam, mengatakan, bahwa reputasi Indonesia di mata dunia masih rendah. "Saya ingin mengingatkan bahwa brand power Indonesia masih lemah, baik di bidang perdagangan, investasi, maupun pariwisata dibandingkan negara-negara lain," ucap Presiden.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut Presiden menginstruksikan. Pertama, mengetahui terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Indonesia. "Kita perlu mengetahui lebih dalam lagi apa saja kekuatan dan kelemahan kita dalam brand power, apa saja persepsi yang positif dan negatif tentang kita," tandasnya.
Kemudian, dalam upaya mempromosikan dan membangun reputasi Indonesia di dunia luar, Kepala Negara meminta agar tiap kementerian dan atau lembaga tidak berjalan sendiri-sendiri. Hal ini dimaksudkan agar Indonesia ke depannya memiliki satu citra yang terintegrasi dan melekat erat di benak masyarakat dunia.
Persoalan rendahnya reputasi Indonesia di dunia, sesungguhnya tidak terlepas dari masih rendahnya diplomasi budaya. Seperti yang diungkap Presiden, bahwa upaya pemerintah di berbagai sektor belum berjalan maksimal. Artinya, masih membutuhkan berbagai upaya melalui berbagai instrumen guna mendukung ke arah tujuan itu.
Apa yang disampaikan Presiden itu, kiranya dapat dijadikan inspirasi bagi kita. Tidak terkecuali inspirasi bagi dunia rempah Nusantara. Dengan menggelar jalur-jalur rempah Nusantara dan memberikan manfaat pada lingkungan pemilik jalur dan para petani rempah, diharapkan mampu mendongkrak citra rempah Nusantara yang melegenda itu.
Perdagangan rempah di Nusantara terbukti telah meninggalkan jejak peradaban. Sebut saja, jejak berbagai peninggalan benda sejarah. Seperti situs sejarah, arsitektur, benda seni, serta berbagai benda sejarah lainnya. Sedangkan peninggalan peradaban non benda, yakni berupa peninggalan produk budaya, seperti tradisi, seni, lagu, tarian, sastra, dan lain-lain.
Kita tak boleh membiarkan puing-puing peradaban masa lalu itu terkubur masa silam. Kita perlu merekonstruksinya, sekaligus merevitalisasinya. Merekonstruksi sangat penting agar generasi saat ini lebih faham dan lebih well-informed terhadap seluk-beluk jalur rempah Nusantara di masa silam. Namun upaya merevitalisasinya jauh lebih penting guna melestarikan khasanah budaya demi masa depan bangsa.
Serta yang tidak kurang pentingnya adalah bagaimana meningkatkan citra rempah Nusantara itu sendiri, agar kehadirannya dapat dijadikan sebagai salah satu kekuatan diplomasi budaya. Agar mampu memberikan sumbangsih nyata terhadap reputasi dan atau citra Indonesia di mata dunia.
Beberapa pertanyaan yang muncul: Bagaimana melalui rempah Nusantara, pemerintah dapat menggarap nation branding-nya, terutama melalui jalur diplomasi budaya?