Lihat ke Halaman Asli

ANALISIS PERCAKAPAN MONOLOG PADA STAND UP COMEDY

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1.Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang pendengar atau lawan bicara (interlocutor), dimana masing-masing mencoba untuk saling memahami tentang apa yang sedang dibicarakan. Orang-orang yang terlibat dalam sebuah percakapan atau pembicaraan berusaha untuk memberikan informasi yang ada dalam pikirannya dan apa yang ingin diutarakan, sedangkan  peran dari seorang pendengar sendiri mencoba untuk menginterpretasian apa maksud yang terkandung dalam ujaran yang dilontarkan oleh seorang pembicara kepada pendengar.

Ketika percakapan terjadi, pembicaradan lawan bicara akan mencoba untuk memberikan informasi satu sama lain dengan tujuan apa yang mereka coba utarakan dapat di mengerti oleh keduanya sehingga maksud yang ingin diutarakan dapat disampaikan dan diterimadengan baik. Bila dilitilik dari fungsi bahasa secara tradisional fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi disini bahasa memiliki fungsi khusus yakni  menjalin hubungan solidaritas, dan kerja sama dalam masyarakat, bahasa untuk  menyatakan pikiran dengan perasaan sehingga pendengar mampu merasakan apa yang akan sedang dibicarakan.

Bahasa humor stand up comedi bisa mangenadung berbagai fungsi, pendapat Tarigan  (1993:14) bahwa wacana suatu ucapan mungkin saja mengandung beberapa fungsi. Dari segipendengar bahasa berfungsi direktif yaitu tingkah laku  pendengar. Artinya bahasa tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu tetapi melakukan sesuai yang diminta pembicara. Jika dilihat dari segi kontak penutur dan pendengar berfungsi fatik, artinya menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas. Dari segi topic ujaran berfungsi denotatif atau fungsi informatif. Maksudnya sebagai alat membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur. Dari segi kode yang digunakan bahasa berfungsi metalinguistik atau metalingual yaitu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri, misalnya membahas bahasa politik, ekonomi, pertanian dan lain sebagainya.

Dari segi amanat yang disampaikan bahasa berfungsi emaginatif. Artinya bahasa digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan baik yang sebenarnya, maupun imajinasi, Fungsi imaginative ini berupa lelucon dangeng cerita dan puisi). Bahasa humor yang terdapat dalam acara Stand up Comedy selain menyampaikan pikiran atau informasi yang dikemas humor biasanya berupa masalah cinta, musi, keluarga, social, dan lain sebagainya. Dalam humur bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi melanggar maksim-maksim komunikasi, antara lain maksim percakapan dan kesopanan.

Disisni penulis mencoba melihat fenomena yang terjadi dari ragam bahasa yang digunakan dalam percakapan humor Stand Up Comedy yang dilihat dari segi penutur, pemakaian, keformalan dan sarannya. Pelanggaran maksim kesopanan lazim digunakan dalam menciptakan humor. Tuturan yang dilakukan dalam acara Stand Up Comic (comic) dalam acara Stand Up Comedy di metro TV membentuk wacanaberdasarkan tema yang telah ditentukan sebelumnya.wacana tersebut merupakan salah satu problem yang ada dalam masyarakat yang dikemas secara menarik dalam bungkusan humor dan mempunyai sifat menginformasikan sekaligus bersifat persuasif  kepada pemirsa setia Stand Up Comedy untuk memberia solusi terhadap problema tersebut.

1.2Masalah

Adapun masalah yang dibahas adalah “Bagaimana  pengguanaan percakapan dalam humor acara Stand Up Comedi di Metro TV?”

1.3Tujuan

Penulis beertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana percakapan dalam humor acara stand up comedy. Selain itu penulis mencoba mencari  alas an untuk menemukan alas an dibalik penggunaan bahsa humor yang melanggar maksim-maksim dalam sebuah percakapan dalam hal ini penggunaan bahsa humor dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV.

2.Pembahasan

Variasi Bahasa

Chaer dan agustina (2004:62-72) menyebutkan bahwa  ada beberapa variasi bahasa berdasarkan penutur, pemakai, keformalan dan sarana. Dilihat dari segi penutur, dialek para comic dalah Jakarta dialek sunda, Jakarta dialek jawa dan Jakarta dialek betawi. Misalnya comic Acho yang menggunakan bahasa Jakarta dialek betawi.  Dari segi pemakian variasi bahasa  berkenaan dengan bidang penggunaan pemakaiannya dan fungsinya. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan kosakatanya (Chaer dan agustina, 2004:68).

Pada acara Stand up Comedy para comic menggunakan ragam bahasa yang bermacam-macam untuk keperluan humor. Misalnya ragam puisi, penggunaan bahasa dan isinya berorientasi pada kualitas estetika (Mulyana, 2005:54-55). Adapun contoh datanya :

“… Saya beri gambaran. Cinta sejati adalah cinta yang memberikan sayap-sayap pada asangan anda, cinta palsu akan memberikan  belenggu pada pasangan anda. Mikir! Kenapa saya berharap anda mikir, karena cinta itu ibarat ilmu sama dan erat kaitannya. Cinta dan ilmu tidak akan bermanfaat atau bermakna jika tidak dibagikan dan dipraktikan. Mikir! Karena dalam cinta juga ada ilmu ‘aritmatika cinta.’ Hanya saja beda aritmatika cinta, satu ditambah satu sama dengan segalanya, tapi dua dikurangi satu adalah kosong dan hampa. Maaf saya meminta anda mikir bukan tepuk tangan…” (Cak Lontong, 16 Feb 2012)

Dari wacana diatas comic menyatakan bahwa cinta sejati adalah cinta yang memberikan kebebasan bukan memberikan belenggu. Selain itucinta merupakan kebersamaan antara dua orang  saling mencintai menjadi satu. Dilihat dari segi keformalan  variasi bahasa terbagi kedalam ragam baku, resmi, santai dan ragam akrab. Bahasa humor Stand Up Comedy menggunakan ragam santai dan ragam akrab. Ragam santai digunakan dalam situasi yang tidak resmi bentuk allegro. Penggunaan bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan (Chaer dan agustina, 2004:71).

Para comic dalam acara Stand Up Comedy sering kali memedekkan kata misalnya, sob (sobat/sahabat, gad a (tidak ada), man (orang/kawan), KW (kayak wanita) dan lain sebagainya. Ragam akrab yang digunakan ditandai oleh aadanya hubungan akrab misalnya penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek dengan artikulasi yang sedikit kurang jelas. Raga ini digunakan untuk mengeakrabkan comic sebagai pembicara dengan emirsa setia Stand Up Comedy baik yang berada di studio Metro TV  maupun pemirsa yang di rumah. Dari segi saran  dibedakan atas lisan dan tulisan. Ragam yang digunakan oleh para comic dalam acara Stand Up Comedy yaitu ragam lisan karena bersifat verbal yakni berupa ujaran-ujaran.

Berdasar pemaparan diatas comic menyajikan untaian kalimat yang berkesinambungan dari satu ide pokok ke pokok-poko yang lain sehingga membentuk sebuah wacana yang kompleks. Hal initerlihat dari sarana lisan bersifat verbal yang berupa ujaran-ujaran. Ide pokok yang mengandung problem yang bersifat persuasive. Artinya mengajak pemirsa untuk ikut menyelesaikan problem yang menjadi bahan humor. Para comic berasal dari berbagai kaum intelek. Dari segi emakaian ragam yang digunakan bermacam-macam dengan tema yang ditentukan berdasarkan segi keformalan menggunakan ragam santai dan akrab.

Humor

Humor merupakan satu wujd aktivitas yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Humor bukan hanya bermanfaat sebagai wahana hiburan melainkan berguna untuk sarana pendidikan dan kritik social sebagai  bentuk ketimpangan yang terjadi ditengah masyarakat. Jadi humor  pada hakikatnya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hidupnya (Wijana, 1995,iv).Humor memliki pernana sangat sentral bagi kehidupan manusia yakni sebagai sarana hiburan dan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup. Dimana tidak kalah pentingnya humor pada saat ini humor dimanfaatkan sebagai sarana pembangunan dan menyampaikan kritik dan saran terhadap aneka bentuk kepentingan social dan prolematika yang dihadapi masyarakat.

Wijana (1991:1) berpendapat bahwa, humor  ditinjau dari berbagai aspek yaitu psikologis dan linguistik. Berdasarkan psikoogis humor merupakan aktivitas manusia yang muncul akibat adanya tekanan, rasa marah, sombong, dan depresi. Berdasar segi linguistiknya humor pada dasarnya merupakan penyimpangan aspek-aspek pragmatik bahasa. Kaidah-kaidah dan asumsi-asumsi komunikatif yang bersifat konvensional dengan sengaja tidak dipatuhi untuk mengacaukan harapan lawan bicara atau pembaca. Tidak terwujudnya harapan inilah secara spontan potensial mengundang senyum dan tawa.

Humor terbagi kedalam dua yakni ada yang bersifat positif dan negatif. Humor yang tergolong kedalam humor negatif  yaitu humor yang isinya sesuatu yang tidak baik yakni berbau SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), porno, hinaan dan celaan maupun berisi sesuatu yang tidak baik. Humor positif yaitu humor yang bisa membangkitkan sesuatu yang baik bagi pendengarnya. Misalnya mendengar humor positif kemudian tergugah hidupnya untuk menjadi baik dan lain sebagainya. Adapula humor yang mengandung muatan social dan cultural yang tidak dapat dianggap enteng. Dalam sebuah percakapan banyak dijumpai penggunaan pragmati yang mengandung humor. Penulis mengatakan demikian bahwasannya dalam penggunaan bahasa humor banyak melanggar  maksim-maksim yang ada. Namun banyak diantara pengguna bahasa khususna masyarakat  tidak menyadari  karena  terjadi secara spontan tanpa disusun ataupun dirancang terlebih dahulu. Pada percakapan antara dua orang atau lebih yang terjadi secar spontan bagi seorang enutur dapat dianggap humor, namun belum tentu orang lain bergantung kepekaan serta tingkat pemahamn masing-masing orang.

Contoh tuturan :

“Terkait  masalah cinta ini yang penting sekali cinta itu  kalo jaman sekarang ini adalah artinya serba material. Jadi cinta adalah cincin dan permata. Jadi kalo orang jaman sekarang jatuh cinta , sayajatuh cinta karena hatinya. Hati itu artinya property. Ada juga kalo saya jatuh cinta itu berawal dari mata, mata pencahariannya…” (Setyawan, 16 Februari 2012)

Jia dilihat dari segi konteks, maksud  wacana tersebut yakni cinta jaman sekarang hanya mementingkan harta semata bukan mementingkan perasaan. Maksudnya bentuk rayuan juga berkaitan dengan materi. Pada tuturan comic Setyawan , “…Saya jatuh cinta hatinya..” kata “hati” menurut comic maksudnya adalah harta dan property.  Adapun pelanggaran maksim-maksim yaitu  pada pelanggaran prinsip kerjasama dan kesopanan. Pertama, pelanggaran prinsip kerjasama terjadi pada maksim relevansi. Bisa dilihat dari kalimat, “…Jadi kalo orang sekarang jatuh cinta, saya jatuh cita karena hatinya. Hati artinya harta dan property..”  Jika mendengar orang yang merayu dan mengatakan mencintai sesorang karena hatinya pasti akan mengira bahwa dia benar-benar mencintai orang tersebut.Namun menurut comic hati yang dimaksud adalah harta dan property. Hal ini trelihat tidak relevan, bisa dikatakan comic sebagai penutur melanggar maksim relevansi. Kedua, Pelanggaran rinsip kesopanan terjadi pada maksim kebijaksanaan. Kalimat yang menunjukkan yakni dari kalimat “Terkait masalah cinta ini yang terpenting sekali cinta itu kalo jman sekarang ini adalah artinya material…”  menurut comic cinta jaman sekarang bukan lagi tentang perasaan kasih saying tetapi lebih kepada material. Hal ini jelas merugikan orang lain yang sedang jatuh cinta.  Dilihat dari data diatas bahwa comic tersebut melanggar maksim kebijaksanann.

Stand Up Comedy adalah seni humor yang disampaikan secara perorangan secara live (langsung) di depan penonton. Comic merupakan sebuah sebutan untuk penutur yang berdiri saat melakukan humor dan berbicara langsung dihadapan para penonton. Jadi tanpaada rekaan, komedianseorang diri atau individual harus membuat penonton tertawa.

Wijana (1995:v-vi) menyatakan bahwa untuk mencapai proses komunikasi yang wajar, penutur dan lawan tutur harus mematuhi prinsip kerja sama pertuturan yang terjabar kedlam empat maksim percakapan, yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Disamping itu kepatuhan terhadap prinsip kerjasama, berbicara secara wajar dituntut untuk mempertimbangkan prinsip kesopanan. Dalam hal ini maksim kesopanan penutur juga tidak boleh semena-mena menggunakan tingkat kesopanan. Dalam hal ini penulis mencoba mengkaitkan parameter pragmatic yang merupakan alternative solusi dari hal tersebut agar bentuk-bentuk ujaran tidak menyinggung atau tidak janggal diucapkan.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa penyimpangan maksim percakapan, maksim kesopanan, dalam rangka menciptakan humor yang dilakukan lewat pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan. Wacana huor yang diambil disini termasuk kealam wacana monolog. Monolog merupakan kegiatan bahasa yang bersifat  transisional dimana diucapkan seorang penutur. Surajat (2009:117) menyatakan bahwa molog mementingkan isi komunikasi.

Pada dasarnya monolog merupakan merupakan sebuah erkembangan tema atau gagasan dari seorang penutur.  Monolog juga memiliki lebih dari satu gagasan. Penyampaiannya juga berupa lisan dan tulisan. Dalam hal ini penulis mencoba menjelaskan monolog yang berupa penyampaian lisan yaitu humor  Stand Up Comedy. Dimana humor lisan pada genre ini merupakan hal menarik untuk diungkapkan mengingat sudah jarangnya humor ini dilakukan kebanyakan orang. Namun pada jaman sekarang ini sudah mulai popular lagi.

Ciri-ciri  dan fungsi humor

Dalam wacana humor  maksim-maksim percakapan  baik itu maksim kesopanan dan kerjasama sengaja dilanggar demi menciptakan humor. Rahmanadji (2007;213) menyatakan bahwa humor ada ketika kebutuhan naluri manusia untuk mencari, kesenangan, kegembiraan dan hiburan muncul. Humor  Stand Up Comedy dimanfaatkan sebagai sarana membawakan pesan membangun, manyampaikan kritik dan problem yang terjadi dimasyarakat yang dimana dikemas dengan balutan humor. Humor ini disajikan dalam bentuk humor tunggal yang dilakukan secara langsung di depan penonton. Pelakunya disebut comi, humor cerdas. Hal ini dituturkan oleh comic dengan latar belakang intelektual yang tinggi, dimana terdapat kreatifitas untuk mengolah tuturanya menjadi humor cerdas dengan tema yaitu problem-problem kekinian.

Sujoko (1982) menyebutkan bahwa humor memiliki fungsi untuk : 1) melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan, 2) menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar, 3) mengajarkan orang melihat persoalan dari berbagai sudut, 4) menghibur, 5) melancarkan pikiran, 6) membuat orang mentoleransi sesuatu, 7)membuat orang memahami soal pelik.

Stand Up Comedy

Stand Up Comedy adalah cara humor tunggal yang ditayangkan oleh Metro TV. Acara ini mulai ditayangkan pada pertengahan September 2011. Pada November 2011 acara ini pindah jam tayang menjadi Rabu, pukul 22.30 dari tayangan sebelumnya yaitu Kamis, pukul 22,30. Namun kini kembali ditayangkan pada Kamis pukul 22.30 WIB (http://id.wikipesia.org/wiki/Stand_Up_Comedy_Show).

Stand Up Comedy merupaka salah satu seni komedi yang disampaikan secara perorangan didepan public atau penonton secara langsung (live). Secara sederhana Stand Up Comedy adalah sebuah humor comic berbicara secara langsung di hadapan para penonton. Jadi tanpa ada rekaan, dimana seorang comic harus membuat penonton tertawa. Para pelaku humor Stand Up Comedy ini biasa disebut dengan Stand Up Comic atau Stand Up Comedian (comic).

Rosniati (2011) dalam bognya (http://ennynurr.blogspot.com/2011/10/stand-up-comedy.html)  menyebutkan gaya Stand Up Comedy  anatara lain:

1.Observational Comedia: mengomentari sesuatu yang nyata terjadi setiap hari dan kemudian memberikan sebuah pandangan baru yang pastinya lucu. Misalnya tentang gaya pacaran atau perbedaan cewek dan cowok.

2.Political/Topical Comedian: jenis stand up ini tersulit karena politik dan religi adalah dua hal yang menjadi topik utama jenis ini.

3.Character Comedian: komedian memainkan sebuah karakter lain dari dirinya setiap kali naik panggung.

4.Props Comedian: komedian yang membawa berbagai macam barang ke atas panggung dan memberikan komentar lucu atas barang –barang itu.

5.Physical Comedian: komedian yang menggunakan tubuh sebagai “senjata”utama mereka untuk melawak.

6.Impressionist Comedian: komedian yang menirukan gaya atau suara sesuatu atau seseorang yang terkenal.

7.Improvisionalist Comedian: sebagian besar aksi komedian tipe ini diatas panggung adalah merupakan aksi atau perbuatan yang spontanitas

Prinsip Kerjasama dan Kesopanan  Grice

Prinsip pragmatik memiliki maksim sender-sendiri diantaranya prinsip kerjasama yang terdiri atan maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Selain itu prinsip kesopanan terdiri maksim kebijaksanan, kerendahan hti, penerimaan , maksim kecocokan, kemurahan dan kesimpatian (Grice dalam Sudrajat , 2009:133-134).

a.Prinsip Kerjasama

Dalam rangka melaksanakan prinsip kerjasama, setiap penutur harus memenuhi empat maksim percakapan yaitu: maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (Grice (dalam Wijana dan Rahmadi, 2009: 44).

Adapun pengertian darikeempa maksim tersebut:

1.Maksim Kuantitas Sudrajat (2009: 134) menyatakan maksim kuantitas menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan oleh penutur harus memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan tuturnya.Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya (Wijana dan Rohmadi, 2009: 45). Jadi pada maksim ini penutur hendaknya memberikan kontribusi yang secukupnya, sebanyak yang dibutuhkan dan tidak berlebihan dalam memberikan informasi yang diminta oleh lawan tuturnya atau dengan kata lain memberi informasi sesuai yang diminta.Adapun ciri-ciri maksim kuantitasmenurut Yule(2006: 64) yaitu:

a)Buatlah percakapan yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung);

b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta

2.   Maksim Kualitas Sudrajat (2009: 134) menyatakan maksim kualitas menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan oleh penuturnya berisi hal yang sebenar-benarnya. Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2009: 47) menyatakan maksim percakapan ini mewajibkan setiap perserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Simpulanya, maksim kualitas

pada hakikatnya menunjukan kalimat yang diungkapkanya benar dan didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Adapun ciri-ciri maksim percakapan ini menurut Yule (2006: 64) yaitu:

(a)Cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar;

(b)Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini itu salah;

(c)Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai.

3.Maksim Relevansi  Sudrajat (2009: 134) menyatakan maksim relevansi menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan harus relevan dengan masalah yang dibicarakan. Wijana dan Rahmadi (2009: 48)  menyatakan maksim relevansi menghendaki atau  mengharuskan setiap perserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Jadi pada maksim ini penutur dan mitra tutur dalam membentuk percakapan yang wajar  memberi sumbangan informasi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan.Yule (2006:64), menyatakan ciri dari maksim relevansi atau hubungan ini adalah relevanlah.

4.Maksim Pelaksanaan Sudrajat (2009: 135) menyatakan maksim pelaksanaan menunjukkan bahwa  kalimat yang diungkapkan oleh penutur harus langsung, tidak taksa, dan tidak berlebih. Wijana dan Rahmadi (2009: 49)mengemukaan maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan. Jadi pada maksim pelaksanaanperserta tutur harus terjun langsung dalam peristiwa tutur dan menghindari ketidakjelasan pengungkapan, menghindari ketaksaan, mengungkapkan secara singkat, padat dan jelas (tidak belebihan). Ciri-ciri maksim inimenurutYule (2006: 64) yaitu:

(a)Hindari ungkapan yang tidak jelas;

(b)Hindari ketaksaan;

(c)Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu);

(d)Buatlah secara urut/ teratur.

b)Prinsip Kesopanan

Wijana dan Rahmadi (2009: 47) menyatakan bahwa prinsip kesopananmemilikisejumlah maksim. Maksim-maksimyang dimaksud antara lain: maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian.

1.Maksim Kebijaksanaan. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan imposifdan komisi. Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lainWijana dan Rahmadi (2009: 47). Sudrajat (2009: 135) menyatakan maksim kebijaksanaan menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan harus memaksimalkan keuntungan orang lain atau meminimalkan kerugian orang lain.Jadi maksim ini menggunakan tuturan komisifdan imposif. Maksudnya meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain.

2.Maksim Penerimaa. Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisifdan imposif. Maksim ini mewajibakan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri(Wijana dan Rohmadi, 2009: 55).Sudrajat (2009: 35) menyatakanbahwa  maksim penerimaan menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan harus memaksimalkan kerugiaan diri sendiri atau meminimalkan keuntungan diri sendiri. Jadi kalimat yang dihasilkan berupa kalimat komisi dan imposif. Maksudnya, memaksimalkan kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.

3. Maksim Kemurahan Hati Wijana dan Rohmadi (2009: 56) menyatakan maksim kemurahan diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Dengan penggunaan kalimat ekspresif  dan asertif ini jelaslah bahwa tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku sopan, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan dan menyatakan pendapat ia tetap diwajibkan berprilaku demikian. Sudrajat (2009: 135) menyatakan bahwa maksim kemurahan hati menunjukan bahwa kalimat yang diungkapkan harus memaksimalkan rasa hormat kepada kawan bicara atau meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.  Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil simpulan bahwa, maksim kemurahan hati diutarakan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Dengan demikian, dalam melakukan tindakan menyuruh atau menawarkan sesuatu dengan perilaku sopan karena pada prinsipnya maksim kerendahan hati mengharuskan memaksimalkan rasa hormat dan meinimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain melalui kalimatnya.

4.Maksim Kerendahan Hati Wijana dan Rohmadi (2009: 57) menyatakan bahwa, maksim kerendahan hati diungkapkan dengan kalimat ekspresif  dan asertif.Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.Sudrajat (2009: 135) menyatakan maksim kerendahan hati menunj kkan bahwa kalimat yang diungkapkan harus memaksimalkan ke tidakhormatan pada diri sendiri atau meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Jadi maksim kerendahan hati diungkapkan dengan kalimat ekspresif  dan asertif. Dengan kalimat tersebut setiap peserta tuturdituntut untuk memaksimalkan  ketidak hormatan pada diri sendiriatau meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

5.Maksim Kecocokan Maksim kecocokan diungkapan dengan kalimat  ekspresifdan asertif. Maksim kecocokan mengariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan tidakcocokan di antara mereka (Wijana dan Rohmadi, 2009: 58). Sudrajat (2009: 135) menyatakan maksim kecocokan menunjukkan bahwakalimat yang diungkapkan harus memaksimalkan kecocokan atau meminimalkan  ketidakcocokan di antara penutur dan lawan tutur. Jadi maksim kecocokan diungkapkan dengan kalimat ekspresif  dan asertif. Maksim ini mewajibkan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan  kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan diantara mereka.

6.Maksim Kesimpatian Wijana dan Rohmadi (2009: 59) menyatakan maksim kesimpatian diungkapan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat.Sudrajat (2009: 136) menyatakan bahwa maksim kesimpatian menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan penutur harus memaksimalkan rasa simpati atau memaksimalkan rasa antipati kepada lawan tutur. Jadi dapat disimpulkan maksim kesimpatian ini diungkapkan dengan kalimat ekspresifdan asertif. Maksim kesimpatian ini mewajibkan setiap penuturnya memaksimalkan rasa simpati atau meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya, jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Dari semua maksim yang terdapat pada prinsip-prinsip tersebut, akan dilihat pelanggaran maksim-maksim apa saja yang digunakan dalam Stand Up Comedy yang dilakukan oleh para Stand Up Comic, untuk menciptakan tuturan humornya.

3.Simpulan

Penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa dalam acara Stand Up Comedy dilihat dari segi percakapan monolog yang ada banyak melanggar maksim-maksim yang ada, secara sengaja demi mengaburkan maksud atau makna yang sebenarnya dengan menggunakan bungkusan humor. Dimana humor sendiri yang memiliki fungsi menghibur mengubah fungsinya menjadi sebuah kritikan yang membangun.

Penulis berusaha menjelaskan kepada khalayak penikmat humor bahwasannya dengan adanya analisis wacana kita bisa melihat adanya penyimpangan dalam pemakaian bahasa, yang dikemas sedemikian rupa yang dapat mengecoh para penikmat atau pendengar. Sebagai penikmat dan pendengarpun harus senantiasa selektif dan tanggap dalam memahami sebuah topic pembicaraan yang dikemas dengan sedemikian rupa menarik sehingga maksud yang ingin disampaikan comic dapat tersampaikan dan bisa dimaknai secara keseluruhan. Bisa dikatakan bahwa dengan sengaja comic mengaburkan makna sebenarnya dengan melanggar prinsip dan maksim-maksim Grice.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul, dan agustina, Leonie. Juni 2004. Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rodaksa

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Rosniati (2011) dalam bognya (http://ennynurr.blogspot.com/2011/10/stand-up-comedy.html)

Sujoko.1982. Prilaku Manusia dalam Humor. Jakarta: Karya Pustaka

Tarigan.H.G. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksi. Bandung. Aksara Bandung

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, M. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka

http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Sejarah-Teori-Jenis-dan-Fungsi-Humor.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://id.wikipesia.org/wiki/Stand_Up_Comedy_Show diakses tanggal 20 Mei 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline