Sangat janggal, ketika kita menyaksikan presiden berlatih tinju. Biasanya, kebanyakan presiden di dunia ini, melakukan olah raga yang sifatnya lebih elegan dan elit, seperti golf, tenis, lari di treadmill, memancing dengan kapal mewah dan olah raga lainnya yang menujukan kemewahan.
Jokowi yang memiliki kebiasaan memberikan pesan politik melalui kegiatan atau simbol -- simbol tertentu melalui aktivitasnya dapat dibaca dengan gamblang. Seperti ketika SBY melakukan tour de java untuk meningkatkan peran politik demokrat yang banyak dibahas dan diberitakan di media tentu dengan nasrasi yang positif untuk demokrat pastinya, Jokowi pada saat yang bersamaan hanya mengunjungi hambalang yang penuh dengan onggokan material bangunan wisma hambalang dan tiang -- tiang bangunan yang makrak yang dijejali tumbuhan liar ilalang dan rumput.
Media dan netizen pun langsung ramai mengaitkannya dengan korupsi dan kegagalan pemerintahan SBY. Ketika Amien Rais sibuk menuduh Jokowi memecah belah umat, kita juga menyaksikan di mana -- mana Jokowi selalu bersilaturahmi dengan ulama dan berpegang tangan erat dengan ulama sambil berjalan menuju para pemburu berita yang sedang menunggunya. Dan banyak lagi aksi dan kegiatan jokowi yang syarat akan pesan politik yang kuat tetapi dilakukan dengan santai dan sangat cair.
Kembali ke olah raga tinju Presiden, pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa Jokowi terbuka untuk menghadapi siapapun dan dia sangat siap serta menunjukan betapa dia sangat bersemangat. Ayo, keluar dong jangan sembunyi -- sembunyi menyerang saya dari belakang, jangan bisanya cuma mengata -- ngatai saya dari jauh. Kita naik ring saja supaya masyarakat bisa saksikan. Kita bertarung dengan aturan yang jelas, perlengkapan yang sama, terbuka dan tidak menggunakan cara -- cara kotor untuk memenangkan pertandingan. Artinya, Jokowi siap untuk persaingan yang sehat.
Tetapi dengan naik ring duluan, Jokowi juga melihat sampai dengan saat ini belum ada yang siap menghadapinya. Semua calon penantang yang merasa mampu mengalahkan Jokowi hanya jual mulut dan isu-isu murahan saja di luar sana, dan belum tentu berani naik ke atas ring. Kemungkinan para pesaing takut babak belur, duit habis, disoraki masyarakat, bisa -- bisa sarung tinju dan celana kolor tergadai.
Politik Indonesia pada saat mendekati pilpres, pilkada dan pileg yang tadinya sarat akan menebar ketakutan, propaganda, pecah belah yang sekarang tentunya masih dilakukan oleh para politisi penjual mulut(Indonesia bubar 2030 Prabowo, sertifikat pengibulan Amien Rais) tanpa prestasi yang bisa dijadikan nilai jual dirinya kepada publik. Namun bersama Jokowi politik menjadi sesuatu yang menyenangkan dan kadang -- kadang jenaka. Politik tidak lagi kita pandang sebagai sesuatu yang sangat kasar dan menghalalkan segala cara, namun dengan integritas, kerja, dan kegiatan -- kegiatan ringan yang memberikan pesan kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H