Lihat ke Halaman Asli

Djulkifly Pulukadang

kerja sebagai guru tahun 2008

Tindakan Aksi Nyata Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Diperbarui: 3 November 2020   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pengajaran dan  pendidikan telah menjadi citra tersendiri bagi sejarah pendidikan di Indonesia, membawa pesan moral yang kuat, bermakna, bermaksud mengangkat martabat bangsa lewat Pendidikan, membuka sekat-sekat strata sosial masyarakat, bahwa pendidikan  harus dirasakan semua kalangan masyarakat dan membangkitkan nilai Kebudayaan. 

Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan   menekankan pentingnya pengolahan potensi-potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu pula, konsep pendidikannya sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada masa itu, dan sampai saat ini masih relevan.

Pendidikan itu merupakan perubahan yang selalu berjalan terus menerus tidak boleh statis sesuai dengan keadaan zaman dan sesuai dengan kondisi siswa yang berbeda-beda.Transformasi pendidikan saat ini masih relevan dengan pemikiran Kihajar Dewantara sebab ada tiga kerangka perubahan menurut Kihajar Dewantara terkait Pendidikan yaitu:

  • Kodrat keadaan yang terbagi dua kodrat alam dan kodrat zaman
  • Kodrat alam terkait dengan tempat tinggal masyarakat, tempat tinggal didaerah pertanian berbeda dengan tempat tinggal dipegunangan. Kodrat zaman terkait perubahan dari waktu- kewaktu dan tantangan berbeda-beda.
  • Prinsip melakukan perubahan yaitu ada azas trikon :
  • Kontinuitas harus terus sesuai akar budaya atau nilai esensi budaya dimasyarakat harus dipegang, konvergensi perubahan harus menuju pada satu titik menguatkan nilai-nilai kemanusian dan konsentris walau menuju nilai yang sama tapi harus menghargai keragaman yang ada, artinya pendidkan itu harus memerdekakan
  • Apa yang berubah? Disini terdapat Budi Pekerti
  • Budi menurut Kihajar Dewantara terdiri dari Cipta, Rasa, dan Karsa dan
  • Pekerti yaitu tenaga. Dalam pemikiran Kihajar Dewantara ini harus seimbang, ada Olah Cipta menajamkan pikiran, Olah Rasa menghaluskan rasa dan kemauan serta Olahraga menyehatkan Jasmani.

Selaras dengan konsep manusia sebagai makhluk dinamis, pemikiran manusia hingga saat ini juga berkembang dan menjadi kian kompleks. Artinya, setiap pemikiran manusia yang dipandang cocok untuk masa tertentu di suatu wilayah tertentu, belum tentu dapat diimplementasikan pada masa dan kondisi yang berbeda, baik di wilayah yang sama maupun di wilayah yang berbeda. 

Hal ini berlaku juga bagi pemikiran Ki Hadjar tentang pendidikan. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara boleh jadi sangat bagus dan sesuai dengan kebutuhan pada masanya, tapi untuk konteks pendidikan di Indonesia pada jaman sekarang ia tidak luput dari tantangan-tantangan. Oleh karena itu, ia perlu diinterpretasi untuk menjawab tantangan-tantangan implementasinya dalam konteks zaman yang berbeda.

Namun, persoalan yang di hadapi disekolah saat ini adalah bahwa praktek pendidikan di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil dalam mengaktualkan potensi-potensi manusia di Indonesia secara terintegrasi dan bertanggungjawab dalam seluruh kompleksitasnya.

Setelah mempelajari pemikiran Kihajar Dewantara Ringkasnya, terefleksi bahwa selama ini belum menerapkan sepenuhnya pemikiran Kihajar Dewantara. lembaga pendidikan di Indonesia belum menempatkan diri sebagai instansi yang mencoba selalu memahami kepentingan peserta didik sebagai stakeholder (pemangku kepentingan) dan menjadikannya sebagai tujuan dalam prakteknya. 

Akibatnya, pendidikan di Indonesia sibuk dengan kegiatan yang dominasi kognitif Kondisi ini membuat para pendidik di sekolah sering hanya berperan sebagai pengajar (transfer of knowledge). Mereka belum terkondisikan menjadi pendidik dan fasilitator serta teman bermain bagi siswa. Relasi yang terbangun antara pendidik dan peserta didik pun mirip dalam sebuah instansi non-kependidikan: terpola secara tegas antara atasan dan bawahan. Padahal, relasi yang terjadi idealnya adalah setara dalam arti, guru adalah sahabat dan sekaligus teman bagi siswa untuk saling berbagi dan memperkaya wawasan pengetahuan.

Pemikiran-pemikiran diatas mendorong saya melakukan aksi tindak nyata perubahan disekolah dengan  kerangka sebagai berikut:

     Latar Belakang

1.  Pelaksanaan pembelajaran dikelas secara keseluruhan menggunakan metode ceramah  yang membuat siswa bersikap monoton dan pasif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline