Lihat ke Halaman Asli

Jemari Meradang (Kata Maaf Untuk Rembulan)

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12979345951750834980

Malam yang biasa kulalui khusyuk dalam damai... terusik rancau jemariku meradang, jemariku mengerang... merancau kicau aksara tanpa nada, tanpa irama, tanpa makna... menyemai aksara menjadi kata, kata bertunas kalimat, kalimat menyuburkan paragraf, paragaraf membentuk dahan bercabang ranting,... rantingpun berbuah... sesal...

Jemariku meradang... berkaca-mata kuda membabi buta tak tentu arah menghantam segala... bulanpun terusik... tak kusangka jemariku menyentuh sinar lembutnya... Rembulanku berembun... embunnya menetes pilu, bercampur darah.. jatuh ke tanah... merah... Rembulanku menatapku kelu, menyapaku sendu, dalam syahdu pandangnya akupun pilu,,,,

sejatinya... jemariku mengerang, meradang, menerjang... aku... tersenyum, terbahak, mencibir, mencela, menasehati... aku... menggores, menggambar, melukiskan.... aku... bukan, engkau wahai rembulan hatiku yang menyinari indah malam-malamku...

Rembulanku... hapuslah embun dalam indah sorot tatapmu... terangilah malamku dengan sinarmu tanpa tersekat embun menetes pilu... tak kuasa ku hapus sesal dalam kalbuku yang mengalir asam rintik embunmu... tetes embunmu jatuh tepat di lukaku... bak air garam membasuh sayatan luka baru...

Tersenyumlah wahai dikau Rembulan... terangi malam dengan cahaya baru mu agar bintang-bintang berpendar kilau... agar sesalku terhapus indah pancar lembut sinarmu...

Tersenyumlah... wahai engkau Rembulan dalam hatiku.... Kukirim untaian kata tak bertuah terbungkus sesal ini... kepadamu, sebagai panduku... mengetuk pintu maaf....mu...

.......o0o.......

......Kata Maafku Untuk Rembulan, Kidung Sableng.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline