Lihat ke Halaman Asli

kidung berbisik

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1294475281238705573

Debur ombak beradu teriring lembayung jingga hinggap mengadu dalam bentang bahtera maya nyata berpadu buai angin sejuk.. hangat.. panas..menyatu syahdu...

Bumi tumbuh merangkak maju tertinggal jejak para pendahulu berjuta kisah saling menyatu jatuh-bangun,remuk-redam,bangkit-tidur.. semua pilu

Tiada aksara meragu tak ada kalimat sesal dalam kalbu segala yang hidup dan tumbuh.. tak selalu ditanam Badai, angin dan hujan hanya bagian dari cobaan

Kidung dinyanyikan dalam sunyi berteman gelap sepi pagi siang sore malam hari namun iramanya melangkah pasti ilalangpun ikut menari.. sambil melambai bulan sendiri...

Se-lontar mantra kudendang maju meski tak yakin namun tak ragu bahwa bulan bisa bercermin.. tanpa menopang dagu pada air susu yang mengalir.. lantunkan sebuah lagu

Berkata sahabat pujangga... kasidah itu aturannya tak boleh didengar telinga agar daun-daun rahasia semakin memancarkan pesona...

Baru saja dawai kupetik... terdengar lembut bisik saran untukku agar aku mengucap... terima kasih kepada gelap....

..............................

Kidung Sableng berbisik

*Di adopsi dari puisi D,Zawawi Imran*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline