Lihat ke Halaman Asli

Awas !!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

129232642312743731

Suasana pelataran Kademangan sudah kembali normal, para pedagang keliling yang sebelumnya ikut berkerumun juga sudah meninggalkan tempat itu. Setelah melihat sekeliling mencari si Sableng dan tak menemukannya, KD berpamitan untuk kembali pulang kepada Demang baru. Dengan diantar Demang baru menuju gerbang, langkah KD semakin mantap dan gagah.. bak seorang pahlawan perang pulang dengan membawa segala kemenangannya. Sesampai di ujung gerbang Kademangan, KD berpesan ke Demang baru; " Kamu itu panutan rakyatmu, pandai-pandai memimpin mereka" " Jauhkan dirimu dari segala nafsu duniawi, pimpinanlah rakyatmu dengan bijaksana dan seadil-adilnya", Pesan KD. " Inggih Ki... akan saya ingat selalu pesan Ki Demang", jawab Demang baru setelah tidak lupa mencium lagi tangan KD. " Ya sudah saya pulang dulu, Assalammu'alaikum!", " Walaikumsalam, hati-hati dijalan Ki ", ujar Demang melepas kepergian KD. Ki Demang Ambeyen memang sosok tokoh yang mempunyai wibawa besar didesanya. Selain terkenal sebagai seorang Saudagar yang Kaya raya, Dia juga pernah menjabat sebagai Demang disana selama 3 periode. Hartanya begitu melimpah-ruah, baik berupa rumah-rumah yang disewakan maupun perkebunan yang cukup luas. Belum lagi simpanan hartanya yang lain berupa emas berlian. Hal itu juga yang mampu mempertahankan Jabatan Ki Demang hingga 3 periode. "Selamat sore Ki !" Langkah kaki KD terhenti ketika tiba-tiba terdengar suara wanita lembut menyapanya. KD menoleh kearah sumber suara tadi , tampak terlihat dua sosok wanita cantik tersenyum memandangnya. " Selamat sore !", jawab KD sedikit gagu " Lho kenapa kalian masih disini?.. bukannya tadi sudah menemani pasangan kalian pulang ??", tanya KD sedikit terheran. " Kami sengaja menunggu Ki Demang disini, kalau berkenan ada yang ingin kami tanyakan ", Jawab salah-satu wanita cantik tersebut. " Boleh..boleh.. ada apa ya??" " Hmmm... apa benar perkataan Ki Demang tadi ingin memper-istri kami berdua ?", Kata istri carok memberanikan diri memulai percakapan. Merasa mendapat angin segar, Ki Demang mulai lupa diri. Pikirannya mulai mengalahkan akal sehatnya, jantungnya terasa berdetak kencang. Otaknya berfikir keras mencari jawaban yang paling tepat menghadapi pertanyaan dua bidadari yang berdiri tepat didepan matanya itu. Perasaannya berkecamuk, campur aduk jadi satu. "Beb...beb..beb..benar, kenapa memang..?", Jawab KD kembali tergagap. "Jika benar begitu... kami bersedia Ki.. ", Jawab Istri Carok tersipu kemudian menundukkan kepalanya. "Hahh... apa benar kalian bersedia?... Kemudian bagaimana dengan suami-suami kalian ?", Jawab KD seakan terbang dalam sadarnya. "Jika memang benar demikian adanya... kami sudah sepakat untuk meminta cerai Ki " " Saya sudah muak melihat suami saya yang kerjanya cuma mabuk-mabukan saja, demikian juga dengan Nyai Carik" " Betul Ki ! ... saya juga sudah bosan dengan Carik !, sudah hartanya tidak seberapa... nafkah bathin saya juga jarang terpenuhi !.. lebih baik saya jadi istri Ki Demang saja !", sahut istri Carik dengan culas. Wajah Ki Demang Ambeyen tampak memerah, hatinya bimbang... antara ragu dan sayang. Badannya terasa semakin tinggi terbang ke awang. Jelas hal itu merupakan suatu sanjungan yang teramat besar, mengingat usianya yang sudah mencapai paruh-baya. Tetapi mata hatinya seperti mulai tertutup oleh hawa nafsu, meski hati kecilnya berusaha menolak. " Baiklah jika memang demikian keinginan kalian, selesaikan dulu masalah perceraian kalian.. baru kita akan membicarakan hal ini lagi, sekarang pulanglah dulu !", ucap KD tegas berusaha menjaga wibawanya. " Bagaimana dengan Nyi Demang Ki ?, bagaimana jika Dia pulang nanti ??", tanya istri Carik pelan. Ki Demang terdiam, dan hanya membisu seribu bahasa....... fikirannya melayang entah kemana........ " Baiklah Ki... saya harap Ki Demang Ambeyen tidak mengingkari janji, selamat sore.. kami pamit dulu !", ucap istri Carok berharap, sebelum akhirnya mereka berangsur pergi. Sepeninggal putri-putri cantik bak bidadari tadi, Ki Demang melanjutkan langkahnya lagi. Hatinya berbunga-bunga, jiwa muda-nya seakan tumbuh lagi diantara tubuh dan tulang-tulang yang mulai rapuh. Wajahnya tampak berseri-seri, awan mendungpun terlihat cerah di matanya. Surga dunia telah membutakan mata bathin-nya. Tak lama berselang, rumah Ki Demang mulai tampak. Sayup-sayup terdengar suara gamelan mengiringi sinden karawitan melatih vokalnya..... sepenggal tembang yang sempat sampai di telinga Ki Demang ....

....................

" Para sudagar ingargya Jroning zaman keneng sarik Marmane saisiningrat Sangsarane saya mencit Nir sad estining urip Iku ta sengkalanipun Pantoging nandang sudra Yen wus tobat tanpa mosik Sru nalangsa narima ngandel ing suksma".

( terjemahan )

" Di antara para saudagar dan pedagang, hanya harta bendalah yang dihormati pada zaman itu, seluruh isi dunia penuh dengan penderitaan, kesengsaraan makin menjadi-jadi, di tahun Jawa 1860 (Nir=0, Sad=6, Esthining=8, Urip=1) atau 1930 Masehi yang akan menjadi tonggak sejarahnya. Pada akhirnya penderitaan yang akan terjadi, pada saat semua mulai bertobat dan menyerahkan diri, kepada kekuasaan Tuhan dengan sepenuh hati ".

............................................ Sesampainya di rumah, KD melihat bocah sableng kesayangannya itu sedang duduk tertunduk menatap kolam. Wajahnya sedikit murung, rambutnya masih basah bekas air Wudlhu. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu... entah apa itu. Tidak ingin mengagetkan bocah kesayangannya, KD pelan-pelan menghampiri Sableng yang tengah termenung itu tanpa mengucapkan salam... kemudian duduk perlahan disampingnya. Ikut menikmati riak air kolam. Sableng tersenyum menyambut kedatangan Ki Demang, dan berkata; " Sudah pulang Ki ?,... maaf saya tadi pulang dulu, saya pusing dengar omongan ngalor-ngidul yang nggak jelas... lagian saya juga belum cukup dewasa untuk ikut mendengarkan perdebatan tadi ", ucapnya lirih. " Lhoo.. nggak jelas gimana maksudmu ??", tanya KD tersinggung " Masalahnya sudah selesai... sudah saya suruh mereka bertukar istri..", jelas KD " HAAAHH !!... benarkah begitu Ki ??... trus apakah mereka mau ???", tanya KD terbengong " Ya harus mau!... saya bilang, kalau mereka tidak bersedia... maka istri mereka akan saya kawin sendiri !" " Benar toh !?", jawab KD tanpa butuh sanggahan. " Maaf kalo saya lancang Ki.. tapi apa nggak salah Ki Demang memutuskan begitu ??", tanya Sableng nekat " Kamu itu tahu apa???... kamu itu anak ingusan yang masih bau kencur !!, jangan sok tahu urusan orang tua !", " Saya disini ini jadi panutan... sudah 3x menjabat Demang berturut-turut... jadi keputusan saya tidak mungkin salah.. tahu kamu !?", Jawab KD berang. " Maaf Ki.. bukan maksud saya begitu, saya cuma mengutarakan apa yang saya rasakan salah ", jawab Sableng ketakutan. " Sudah.. sudah.. sana.... kamu pulang saja sana !!!", kata Ki Demang murka Sableng pun tanpa dikomando lagi langsung pergi meninggalkan Ki Demang yang sedang murka. wajahnya tampak pucat- pasi, langkahnya gemetar dan terlihat tergesa. Ki Demang terlihat diam di tepian kolam, wajahnya memancarkan kekesalan... juga penyesalan. Namun itu semua hanya sepintas lalu, senyumnya kembali mengembang... teringat akan dua sosok bidadari nan cantik rupawan yang akan segera menjadi pendamping hidupnya. Sore yang pongahpun  segera berlalu,  lembayung melangkah redup...  seiring malam datang menjemput.  Keindahannya yang selama ini terasa, tak terlihat saat itu. Rembulan menatap murung, disela-sela awan beriring mendung. Bintang-bintang seakan enggan menampakkan diri... binatang malampun enggan menyambut. Diujung desa pada malam yang sama, tampak keramaian yang tidak biasanya terjadi. Orang-orang berkerumun di pelataran rumah Carok, sepertinya sedang terjadi pertengkaran sengit diantara kedua suami-istri tersebut.  Beberapa ratus meter kemudian arah utara rumah Carok, terlihat juga istri Carik Corak berlari meninggalkan rumahnya dengan air mata berlinang.... Entah air mata suka ataukah dukanya......... ..................................................................................................................................................

Cerita ini hanya Fiktif  belaka dan sangat dibuat-buat, bukan ditujukan untuk  siapapun hanya coba menuangkan gambaran jaman pada syair diatas. Bila ada persamaan nama pada tulisan  ini mohon maaf sebesar-besarnya karena memang saya sengaja… hehehehe….

Sumber : Pak Dhe Wikipedia …..> Gambar : Omm Google …..> Lagu   : Pak Lik Youtube.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline