Lihat ke Halaman Asli

Jilbab Hitam: Dahlan Iskan "Gagal" Diperas

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembali sebuah Akun anonim membuat heboh media... tidak main main Tempo yang melegenda karena intregitas menjadi sasaranya, dan pantas saja sasaran langsung kebakaran jenggot oleh tulisan jilbab hitam, yang memang kata demi kata di aliri listrik dan di pasangi duri berbisa.

Kicauannya juga cermin dari bencinya kebusukan yang dilakukan media, dari yang kecil kecilan sampai permainan besar, dari uang recehan sampai proyek proyek pencitraan jangka panjang.
Dan itu telah berlangsung lama.

Di akir tulisannya, jilbab hitam memfokuskannya pada pemerasan halus terhadap Bank Mandiri,terkait suap Kepala Skk Migas.Namun "gagal".

Tanpa sadar, Jilbab hitam menunjukkan, bahwa kinerja Bank Mandiri tidak bisa di "otak atik" ataupun di peras untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu, terlebih oleh media yang begitu mulia.

Bukan tanpa alasan dan pembicaraan tentunya, kalau pihak Bank Mandiri menolak mentah mentah ancaman dari wartawan tempo, telebih ancaman itu di sertai proposal dan data data menakut nakuti agar mereka akur.

Tekanan dan arahan yang di tanamkan menteri Bumn untuk tidak terlibat dalam segala macam bentuk korupsi tentu sudah diterima dan di aplikasikan ke seluruh jajarannya. Itulah yang menjadi harapan semua masarakat.

Mungkin Tempo lupa bahwa menteri Bumn, yang masih "terhitung saudara" itu, dalam memagari Bumn beliau bukan sedang bergurau, pura pura, atau pencitraan. Atau mungkin mereka nekat karena sudah terbiasa melakukannya.

Ketegasan Bank Mandiri untuk menolak tekanan dari wartawan, meskipun patut di apresiasi namun itu adalah hal yang biasa, apalagi di bawah Dahlan Iskan yang pernah menghadapi kasus yang sama dengan komisi di DPR.

Semoga akan muncul jilbab hitam yang lain, yang terus mengungkap kecurangan dan permainan media,agar wartawan kembali ke filosofinya, kalaupun tanpa berhasil menyeret pelakunya, setidaknya para wartawan itu akan berpikir dua kali. Masarakat sangat berharap media ikut membangun bangsa ini dan mengawal roda pemerintahan.

Di tunggu pejabat pejabat yang lain terbukti atau membuktikan, bahwa mereka anti segala macam bentuk penyelewengan. Sadarlah korupsi dan malas malasan bekerja sudah tidak ada tempat di negeri ini.
Salam kerja.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline