Lihat ke Halaman Asli

Menerbitkan Senyum dengan Layanan dari Hati, PT KAI

Diperbarui: 10 Maret 2016   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini, lagi-lagi aku terserang penyakit lupa. Lupa dimana menyimpan kartu untuk menaiki kereta api (commuter line). Kartu yang kugunakan adalah kartu keluaran salah satu bank di Indonesia yang salah satu fungsinya adalah menggantikan ticket harian commuter line. Dengan sedikit bersungut-sungut, kulangkahkan kakiku menuju loket tempat pembelian kereta api harian. Dan, benar juga dugaanku, terlihat antrian manusia pengguna commuter line di depan loket tersebut. Aku semakin memajukan mulutku, tanda aku kesal. Kesal karena penyakit lupa ku, kesal melihat antrian manusia tersebut, dan kesal karena akan semakin malam tiba di rumah.

“Satu, dua, tiga, empat, lima,….,” aku orang ke enam dari antrian di loket yang berlokasi di tengah. Kuperhatikan sekelilingku dan orang-orang di depanku. Kebanyakan dari mereka sedikit mengerutkan dahi, terlihat sedikit bingung. Namun, aku berusaha tak memperdulikannya. Dengan sisa-sisa kesabaran, aku tetap setia mengantri, walaupun kulihat ada beberapa orang yang keluar dari antrian dan menuju suatu tempat dimana tersedia 2 atau 3 mesin yang menyerupai mesin penyedia minuman.

Tibalah giliranku mendapatkan pelayanan. Dengan super pede, kuberikan uang dan kuminta ticket harian kepada petugas yang ada di loket tersebut. Dengan tersenyum, pak Loket (aku tidak sempat menanyakan namanya dan tidak sempat mengintip nama petugas tersebut), berkata,”Mbak, silahkan beli ticket harian di mesin itu, kami tidak melayani pembelian di loket ini,” ujarnya seraya menunjuk mesin-mesin yang menyerupai mesin penyedia minuman tersebut.

Lagi-lagi aku merasa kesabaranku sedang diuji di tingkat lanjutan. Seraya menghela napas panjang banget, aku melangkah menuju mesin-mesin tersebut untuk kemudian mengantri. Kuperhatikan, mesin-mesin tersebut satu persatu. Warnanya  didominasi warna merah, terutama di bagian bawahnya. Sementara bagian atasnya berwarna abu-abu. Ada layar kecil dimana kita mengkonfirmasi tujuan kita, juga ada tempat memasukkan uang sebagai pembayaran kita. Ada juga bagian dimana uang kembalian kita nanti dikeluarkan. Aku berkata dalam hati: "keren amat ini, seperti di film-film."

Ada 3 mesin yang sama di stasiun ini. Dan, ada satu orang yang berdiri di samping setiap mesin. Mereka terlihat lelah namun berusaha tersenyum.  

Tiba giliranku. Sebelum sempat terfikirkan cara mengoperasikan mesin tersebut, pak Mesin karcis (sekali lagi, aku tidak sempat menanyakan ataupun mengintip nama yang tertera di label yang menggantung di dadanya), menyapa,” Selamat malam, Mbak. Mau menuju kemana?”

“Ke Stasiun  S,” jawabku

“Oh, baiklah, silahkan perhatikan layar dan tekan nama stasiun tujuan Mbak. Kemudian ikuti instruksinya,” ujar pak Mesin karcis.

Aku mencoba melakukan sesuai panduannya dan sesuai instruksi yang terbaca di layar pada mesin karcis tersebut.

Ternyata, prosesnya sangat cepat, mudah, dan ditambah dengan keramahan serta kesigapan para pak Mesin karcis, maka pengalaman pertamaku menggunakan karcis harian terasa menyenangkan dan membuatku lupa akan rasa kesalku. Sepanjang perjalanan pulang menuju rumahku, aku merasa bersyukur mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan. Mungkin hal ini bukan hal baru buat banyak orang, namun baru buatku. Aku tak peduli orang mau bilang aku “so last year” atau “nggak gaul” atau yang sejenisnya, tapi ini hal baru untukku dan aku betul-betul mengapresiasi layanan dari PT Kereta Api Indonesia.

Selamat kuucapkan kepada PT Kereta Api Indonesia. Di tengah pro dan kontra atas layananmu, terbukti adanya peningkatan atas layananmu. Adalah kemajuan besar jika dirimu tidak hanya menyiapkan infrastruktur, namun juga bisa memberikan layanan dengan hati kepada para penggunamu. Dan, tak lupa kupesankan padamu untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas layananmu. Teruslah berusaha untuk menerbitkan senyum pada para penggunamu!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline