Lihat ke Halaman Asli

Mas

yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal

Organisasi Berbasis Sukarelawan Menghadapi Tren Baru Kesukarelawanan

Diperbarui: 1 Februari 2022   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixbay via republika.com

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban bencana alam di tanah air yang terjadi sejak awal 2021 mencapai 4,52 juta orang. Rinciannya, 4.508.605 orang mengungsi. Sementara itu, 12.708 orang menderita luka-luka, 60 orang masih dinyatakan hilang, dan 456 jiwa meninggal dunia.

Dewan Gereja Papua menyebut sekitar 60 ribu penduduk Papua mengungsi akibat konflik bersenjata antara TNI-Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang masih terjadi di enam kabupaten. 

Anggota Dewan Gereja Papua, Pendeta Benny Giay mengatakan pihaknya mencatat, memasuki pertengahan November 2021 pemerintah semakin gencar melakukan politik rasisme, kriminalisasi, marjinalisasi, dan militerisme dalam menangani konflik Papua.

Badai, banjir, kebakaran hutan, dan kekeringan akibat kenaikan suhu yang menyebabkan kekacauan iklim, membuat lebih dari 40 juta orang mengungsi tahun 2020

Data ini dilaporkan Pusat Pemantauan Pemindahan Internal (IDMC). Organisasi penelitian yang berbasis di Jenewa, Swiss, ini bahkan memperkirakan rekor baru yakni 55 juta orang hidup terlantar di negara mereka sendiri pada akhir tahun. Itu berarti, dua kali lipat jumlah pengungsi di dunia.

Laporan tahunan itu mencatat bahwa lebih dari 80 persen orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka pada tahun 2020 berada di Asia dan Afrika. 

Di Asia, sebagian besar orang terpaksa mengungsi karena cuaca ekstrem. Seperti di Cina, India, Bangladesh, Vietnam, Filipina, dan Indonesia, kombinasi dari pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan lebih banyak orang terdampak banjir akibat naiknya permukaan laut.

Serangkaian informasi diatas, tentunya, para korban memiliki hak untuk menuntut siapa yang bertanggung jawab dan mengapa mereka tidak segera mendapatkan bantuan. 

Negara segera dihadapkan pada serangkaian prioritas global --- dampak perubahan iklim terhadap komunitas yang sudah rawan bencana, krisis berkepanjangan di seluruh dunia yang telah menghancurkan infrastruktur sosial dan ekonomi, pergerakan besar-besaran orang yang melarikan diri dari konflik dan kekerasan, dan kebutuhan untuk menumbuhkan basis relawan dan kesukarelawanan.

Baca: Krisis Pandemi Peluang Kesukarelawanan, Pencapaian Besar Sukarelawan

Masalah muncul dan akan menjadi perhatian negara, adalah fokus utama pada bahaya yang berkembang yang dihadapi oleh sukarelawan di mana-mana dan sifat sukarela yang berubah di seluruh dunia. 

Palang Merah Indonesia (PMI) memiliki jaringan relawan yang kuat. Mereka adalah kekuatan kita --- dan alasan mengapa PMI dapat merespon dengan cepat dan efektif terhadap keadaan darurat baik besar maupun kecil. Pahlawan lokal ini memiliki kredensial yang sangat baik untuk melakukan pekerjaan ini. Mereka berbicara bahasa lokal, memahami budaya lokal dan berkomitmen untuk membantu tetangga mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline