Jenis pencemar paling berbahaya. Memburuknya kualitas udara di ibukota dan sekitar nya memang selalu terjadi saat musim kemarau. Upaya pemerintah untuk mengurangi pencemar pun menjadi topik yang mendapat perhatian masyarakat tertama yang mengalami dampak langsung.
Dari sekian banyak jenis pencemar adalah partikulat kecil yang lebih dikenal dengan PM2.5 (semua partikulat denga ukuran lebih kecil dari 2,5 micrometer) yang menjadi masalah utama.
Karena saking kecil nya ukuran PM2.5, ia bisa masuk sampai ke pembuluh paling halus yang ada di paru manusia, dan sebagian partikulat yang lebih kecil lagi bisa masuk kedalam sistem peredaran darah. Partikulat PM2.5 mengandung banyak senyawa kimia yang bersifat karsinogen alias menyebabkan kanker.
Sumber pencemar utama dan proses terjadinya.
Sumber utama PM2.5 berasal dari proses pembakaran, termasuk kedalamnya adalah pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor, pembakaran sampah dan sisa tumbuhan padi di sawah setelah panen dan juga unit pembangkit listrik yang menggunakan batubara ataupun bahan bakar lainnya yang alat control emisi nya tidak dipelihara dengan baik.
Untuk kendaraan bermotor, tentunya yang sering kita lihat menyemburkan asap hitam adalah kendaraan truk dan bus berbahan bakar minyak diesel atau solar.
Upaya pemerintah untuk mengurangi emisi dari kendaraan diesel dengan substitusi sebagian solar dengan bio-solar hanya akan berhasil jika kendaraan berat diesel tua dipensiunkan atau pemilik melakukan retrofit dengan menambahkan diesel particulate filter (DPF) dan melakukan pemeliharaan berkala untuk catalytic converter nya.
Tidak seperti kendaraan dengan bahan bakar bensin, keberadaan catalytic converter pada kendaraan diesel bukanlah yang utama untuk mengurangi kuantitas pencemar partikulat. Adalah DPF yang menjalan fungsi sebagai filter partikulat.
Saat sebuah truk memerlukan torsi lebih, dan pedal gas diinjak, adanya DPF akan menangkap sebagian besar partikulat karbon yang tidak terbakar, karena pada saat itu kendaraan sedang dalam keadaan rich combustion dimana secara persamaan kimia (stochiometric) jumlah oksigen tidak cukup untuk membakar jumlah bahan bakar diesel yang diinjeksikan.