meskipun saya sudah mempelajari ilmu hitam, ternyata ungkapan bahwa "pengalaman adalah guru terbaik" benar-benar benar. betapa tidak, ilmu hitam yang saya pelajari sebelum ini adalah ilmu-ilmu yang sengaja saya persiapkan untuk menghadapi ilmu putih yang dimiliki oleh lawan-lawan saya. dengan demikian ilmu hitam saya itu hanya sekedar menyesuaikan diri dengan kebiasaan berbagai jurus-jurus ilmu putih lawan yang biasa saya hadapi. ketika mendadak menghadapi jurus baru dari sebuah ilmu putih yang lain, terlebih yang melakukan juga lawan yang baru juga, saya kelimpungan seolah tak membekal ilmu hitam sama sekali.
begitulah. malam tahun baru 2011 yang lalu. berbeda dengan hedon kecil-kecilan sesaat seperti yang para bikers yang menyerbu alun-alun kota Purwokerto, saya bersama seorang kawan justru menghadiri sebuah undangan turnamen di Ajibarang. si pengundang dalam sambutannya menyatakan bahwa ide mengundang peminat ilmu putih dan ilmu hitam, dan mengadunya ini, sebagai salah satu bentuk upaya mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas, "daripada terlibat dalam kepadatan lalulintas yang pasti semrawut dan beresiko itu, maka bukankah lebih asyik jika kita di sini mengadu sedikit kesaktian memainkan ilmu putih dan ilmu hitam?"
bertarung di arena paling pinggir pada pertarungan pertama, lawan saya berbekal ilmu putih yang masih dasar sehingga tak sampai sepeminuman setengah gelas kopi ilmu hitam saya sudah mampu membuatnya bersoja dengan jempol diacungkan.
pertarungan kedua saya mendapat tempat di arena nomer 2. kini giliran saya menggunakan ilmu putih. ternyata ilmu hitam lawan saya tak sanggup mengatasi gebrakan awal jurus ilmu putih saya. pada jurus ke-6 saya sudah berhasil menembus benteng pertahanannya. meski lebih tangguh kelasnya ketimbang lawan saya sebelumnya, toh pertarungan kedua saya itu tak sampai menghabiskan sebatang rokok.
pertarungan ketiga saya mendapat tempat kehormatan di arena nomer 1. kembali saya mendapat giliran menggunakan ilmu hitam. dan sungguh-sungguh terjadi seperti yang saya kawatirkan sebelumnya, saya tak mampu menghadapi ilmu putih inggris. dalam pertarungan persahabatan beberapa purnama sebelumnya di Karanglo, saya juga tak mampu menghadapi ilmu putih inggris. dan kini terulang lagi. adalah saking groginya saya harus merelakan senjata saya yang terpenting didepak keluar arena ketika pertarungan menapaki babak pertengahan. bertarung melawan pengguna ilmu putih inggris dengan tanpa bersenjata penting tentu saja hanya menunggu kekalahan. dan saya tak mau kalah dengan kondisi habis-habisan. saya memilih menyerah sambil berharap mampu memulihkan semangat secepatnya agar kembali segar bugar untuk pertarungan berikutnya. bukankah 2 kemenangan saya di awal masih bisa diandalkan sebagai modal untuk meraih juara?
pertarungan keempat saya terlempar ke arena nomer 3. ah, masih dekat dengan arena nomer 1, masih bergengsi. meskipun lawan saya kali ini lebih berkualitas, tetapi kekalahan yang saya alami membuat saya lebih berhati-hati. dan ilmu hitamnya ternyata memang masih belum cukup sanggup untuk bertahan lama menghadapi gempuran ilmu putih saya. ia yang tak mau menyerah meski kalah tenaga dan kalah jurus, akhirnya mengangkat tangan setelah geraklangkahnya terkunci dan hanya mendapati petak berpijak untuk sebuah kekalahan.
nilai kemenangan yang menjadi 3 ini memberi saya peluang untuk menjadi juara ke-3 jika di pertarungan kelima, terakhir, petarung unggulan (yang mempunyai nilai 4) mampu mengalahkan penantangnya yang berbekal nilai setengah dibawahnya. itupun jika saya juga mampu menang di pertarungan terakhir dan ternyata saya memang menang setelah melalui perjuangan yang melelahkan di arena nomer 2. kini tinggal berharap pada pertaringan di arena nomer 1.
di pertarungan puncak, penantang rupanya sedikit di atas angin ketimbang lawannya yang lebih diunggulkan. kami yang menyaksikan jalannya pertarungan hampir-hampir memastikan kemenangan akan diperoleh si penantang dengan ilmu putihnya. tetapi rupanya malam itu ilmu hitam tampil menggungguli ilmu putih. dengan bekal sebagai petarung yang diunggulkan, ilmu hitam yang diperagakannya ternyata mampu membuat si penantang terlalu yakin dengan keunggulan sesaatnya dan itu membuatnya ceroboh melakukan geraklangkah yang salah. dan kesalahan di ujung pertarungan tentulah menghasilkan resiko yang tak mampu untuk diredam. menanglah ilmu hitam, malam itu di tahun baru 2011.
dengan kemenangan petarung unggulan itu akhirnya saya meraih juara ke-3. hadiahnya memang tak seberapa, maklumlah kami ini petarung lokal yang belajar ilmu putih dan ilmu hitam juga hanya dengan saling mengasah satu sama lain. guru yang kami punya ya pengalaman mengadu ilmu itulah. dan guru saya malam itu adalah seorang laki-laki paruh baya, (asalnya dari Kediri, tapi sudah menjadi warga desa Darma, Ajibarang) yang menggunakan jurus-jurus ilmu putih inggris. saya akan mengingatnya dan mencoba mencari cara bagaimana menghadapi ilmu putih inggris itu.
c2-c4, hmmmm...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H