Lihat ke Halaman Asli

Kemalangan adalah Keberuntungan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sahabat, hari ini saya iseng-iseng buka facebook. Iseng-iseng searching, klik sana, klik sini, tidak tahu dari mana asal mulanya sampai saya nyasar ke sebuah notes di halaman facebook seseorang. Hati saya sungguh trenyuh membaca sebuah kisah kehidupan seseorang yang ditulis di notes tersebut. Yang intinya Beliau senantiasa di rundung kemalangan dalam kehidupannya, sehingga seolah-olah Beliau meng-’gugat’ kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa ujian tidak pernah lepas dari kehidupannya [Semoga Beliau dikaruniai kesabaran dalam menghadapinya].

Sahabat, siapa sih orang yang tidak sedih ditinggalkan orang-orang tercinta-nya. Semua orang, Insya Allah, pasti akan bersedih. Bahkan seorang penjahat yang paling bejat pun akan merasa sedih dan menangis bila hal itu menimpanya. Apalagi kesedihan dan kemalangan itu menimpa diri kita secara terus menerus dan seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Dan kadang kala disaat-saat seperti inilah jiwa kita menjadi labil, keimanan kita benar-benar di sedang di ujung tanduk, akan kah kita tetap teguh pendirian dengan keimanan kita atau menafikkan keberadaan-NYA. Mungkin kita merasa bahwa Allah tidak Adil, Allah tidak sayang, Allah tidak mengasihi, dan sebagainya. Sahabat, hal itu pernah saya alami sendiri dan hampir-hampir saya menjadi Atheis karenanya. Alhamdulillah, Allah berkenan menunjukkan kebesaran Cinta dan Kasihsayang-NYA kepada saya. Dan itulah yang akan saya bagi kepada sahabat-sahabat tercinta.

Sahabat, ketahuilah sesungguhnya kemalangan, kesedihan, dan cobaan yang datang bertubi-tubi menimpa diri kita adalah sebuah anugrah yang tak ternilai harganya. Sebab dengan ujian tersebut Allah hendak memilih kita menjadi kekasih-NYA dan semakin mendekatkan diri kita kepada-NYA. Bukankah dengan jalan kemalangan dan kesialan yang datang bertubi-tubi akan membuat diri kita semakin banyak berdoa dan berkeluh kesah kepada-NYA, sehingga semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk selalu mengingat-NYA. Yang dengan demikian Allah hendak membuat diri kita kelak diingat oleh-NYA seperti kita mengingat-NYA selama hidup di dunia ini.

Sahabat, Allah memberikan dua pilihan kepada kita. Pertama, Kita diberikannya hidup dengan segala kemudahan dan kemewahannya sehingga kita menjadi seorang yang lalai mengingat-NYA sehingga nanti Allah pun akan melupakan kita seperti kita melupakan-NYA selama hidup di dunia ini. Kedua, Kita diberikan hidup dengan berbagai ujian dan kemalangan yang menerpa sepanjang hidup, sehingga kita senantiasa rajin ber-istighfar dan berdoa seraya mengingat-NYA dan kelak di akherat Allah akan menyambut kita dengan Senyuman serta mendekat-kan diri kita Kepada-NYA dan itu adalah kekal abadi. Kira-kira mana yang akan kita pilih? Kebahagian yang sesaat di dunia ini atau Kemalangan sesaat yang kita pilih? Silahkan renungkan sendiri.

Sahabat, kalau boleh saya ibaratkan diri kita ini seperti Guci dari negeri Tiongkok yang terkenal itu. Guci yang sangat indah dan kokoh itu dulu hanyalah segumpal tanah liat. Dan untuk menjadi sebuah guci yang indah harus mengalami beberapa fase proses yang panjang. Dari mulai tanah liat tersebut di hantam cangkul, di injak-injak, di guyur air, di press, kemudian di remet-remet untuk menjadi bentuk tertentu, di gores dengan pisau untuk menciptakan ornament, kemudian di jemur di terik matahari, kemudian di bakar di dalam oven bersuhu 1000 derajat. Dan hasilnya sungguh menakjubkan. Bukankah diri kita juga berasal dari tanah liat? Dan untuk menjadi bagus kita harus ditempa dengan segala bentuk ujian dan kemalangan, seperti layaknya guci keramik tersebut.

Sahabat, setiap diri kita mungkin pernah merasakan hal-hal yang kurang mengenakan dan tidak kita harapkan dalam hidup ini. Kita menjadi sedih karenanya, itu wajar dan memang seharusnya kita bersedih dan berduka. Dan bersyukurlah karena dengan kemalangan dan kesedihan itu akan membawa diri kita semakin dekat kepada-NYA, semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk senantiasa mengingat-NYA, dan banyak hal lain lagi yang akan menuntun diri kita menjadi manusia yang mawas diri di hadapan-NYA. Bukankah Dia sudah menjelaskan kepada kita, bahwa hidup di dunia ini sekedar main-main belaka. Sebab kehidupan sejati akan kita dapatkan setelah kehidupan ini.

Sahabat, semoga uraian saya ini dapat menginspirasi buat pencerahan hati kita. Ingatlah Allah tidak pernah Tidur, Dia senantiasa sibuk mengurus urusan mahluk-NYA. Dan kita senantiasa diperhatikan oleh-NYA. Percayalah bahwa kemalangan yang kita dapati adalah sebuah keberuntungan yang tidak ternilai harganya. Sadarilah dan renungilah, semoga Allah berkenan pada diri kita. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline