Lihat ke Halaman Asli

Nyi Ismayawati

Urip sakmadya

Balada Penyanyi Elektone Tunggal

Diperbarui: 5 November 2020   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto sendiri.

Di atas panggung sempit ia terus melantunkan sebuah tembang lawas Sepanjang Jalan Kenangan atas permintaan seorang anggota keluarga yang sedang melaksanakan pesta perkawinan di sebuah perkampungan padat penduduk. 

Beberapa anak muda yang tak mengalami masa indah zaman penyanyi cantik Tetty Kadi menyelutuk, "Ganti dangdut....ganti dangdut..." Sang biduanita hanya tersenyum sambil memandang ke arah kawanan anak muda yang rupanya para sinoman atau mereka yang sukarela membantu pelaksanaan pesta perkawinan tersebut.

Selesai melantunkan tembang kenangan, ia pun berniat memenuhi permintaan kaum muda untuk melantunkan lagu dangdut. Namun seorang ibu menghampirinya dan berbisik minta dilantunkan sebuah tembang campursari "Wuyung" Karena yang meminta seorang ibu dari keluarga pengantin ia memenuhinya walau sang player rupanya tidak menguasai tembang ini dan harus mencari-cari nada yang pas. 

Saat sang player mencari nada, si biduanita pun merajuk pada kaum muda untuk bersabar menunggu permintaannya. Sontak beberapa kaum muda berseru nakal,"Wooooo...." Yang disambut gelak tawa lainnya.

Foto sendiri.

Foto sendiri.

Karena tak begitu menguasai tembang campursari, maka sang player pun mengiringi dengan style lagu dangdut koplo. Sekali pun tidak pas namun ibu yang request tetap merasa senang. 

Selesai berkoplo ria, si biduanita pun memenuhi permintaan kaum muda untuk menyanyikan sebuah lagu dangdut lawas Mirasantika yang dipopulerkan Rhoma Irama. 

Dengan style dangdut koplo pula si biduanita dengan suara lembutnya menyanyi sambil sedikit bergoyang yang membuat kaum muda yang hadir ikut bergoyang.

Tamu undangan yang datang semakin banyak dan para sinoman kembali sibuk menyiapkan sajian lupa untuk berjoget. Si biduanita tetap saja bergoyang pelan sekali pun para tamu sibuk menikmati sajian sambil berbincang tamu lainnya. 

Tak peduli ada penyanyi sedang bergoyang. Demikian juga si biduanita tetap bernyanyi sekali pun para tamu tak mempedulikan. Di sisi lain, seorang biduan lainnya sedang duduk istirahat dengan wajah sedikit kelelahan.

Itulah gambaran nyata kebanyakan para penyanyi elekton tunggal yang sering ditanggap dalam hajatan atau pesta perkawinan dan khitanan di kampung-kampung perkotaan atau pun wilayah kaum urban pinggiran. 

Dengan honor lengkap antara 1 - 1,5  juta lengkap untuk elekton, player, soundsistem sederhana, dan dua penyanyi mereka harus tampil memuaskan dalam arti membuat gembira konsumen.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline