Lihat ke Halaman Asli

Statis

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalau kedamaian dunia adalah utopia,
lalu kenapa aku repot-repot berusaha
mengurangi kesenangan pribadi,
melihat mereka yang menderita dan mencoba peduli.

Kalau kesetaraan tak selalu diperjuangkan
oleh kebanyakan orang yang hanya bisa mengeluh.
Lalu kenapa aku harus menunggu dan menyemangati diri sendiri
bahwa mereka dan aku akan menyambungkan benang merah.

Kalau tak pernah sedetik pun manusia secara serentak melihat dengan hati nurani,
lalu kenapa aku harus terus berdoa
meminta dan meminta ketentraman jiwa,
memohon dan memohon kedamaian dunia.

Kalau alam semesta itu netral,
lalu kenapa manusia mencoba mengisinya dengan sifat-sifat.
Kata dan persepsi yang dibangun oleh mereka sendiri.
Bukankah seharusnya kita berdiam diri ?
Mendengar alam mengatakan dengan desiran angin,
melihat keindahan langit dengan mata tertutup,
menyentuh jiwa tanpa menempelkan tubuh,
memuji tanpa berkata tetapi hanya menatap.

Haruskah manusia menjadi makhluk hidup yang statis?
Tak punya keinginan untuk tahu,
hanya diam dan bersatu dengan alam semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline