Lihat ke Halaman Asli

Terkubur

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

dia bilang dia muak
aku lihat matanya terbelalak
ketika ia berkata tidak
pada kebodohan dan kemalasan

namun ia terpaksa mengais lembaran uang
berusaha untuk tidak merana
dalam susunan pekerjaan
industri dan kapitalisme

ceritanya tak putus
dua jam berbicara
mencurahkan hati penuh tawa
tetapi aku melihat jeruji besi

tawanya lantang
tetapi samping matanya tidak mengeriput
dia bilang jangan jadi orang miskin
jangan mau hidup susah

mungkin dia hanya salah satu manusia yang menyerah
pada usaha dan jerih payah
yang mengenyangkan jiwa
dan tinggi nilai moralnya

kini ia terperangkap
sebuah kandang yang tak terlihat
berinterior mewah
membohongi naluri mencari kebenaran

mau bagaimana?
mungkin terlambat untuk berubah
terlanjur
mungkin berubah juga bukan jawaban yang tepat
untuk orang dewasa seperti ia dan mereka....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline