Lihat ke Halaman Asli

Asal Usul Tradisi Bakar Rumah dan Uang Saat Upacara Kematian

Diperbarui: 13 Januari 2017   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asal – Usul Tradisi Bakar Rumah dan uang Kertas Saat upacara kematian || www.antaranews.com

Zeropromosi - Konon tradisi "Bakar Rumah-rumahan dan uang Kertas" ini baru dimulai pada zaman pemerintahan Kaisar Lie Sie Bien (Lie She Min) dari Kerajaan Tang di Tiongkok. Lie Sie Bien adalah seorang kaisar yang adil dan bijaksana serta pemeluk Agama Buddha yang taat sehingga beliau dicintai oleh rakyatnya.

Sang kaisar yang hidup kembali menghimbau agar orang kaya membakar rumah kertas yang terbuat dari bambu. Bambu ini dibeli dari penduduk di luar kota raja yang miskin

Sejak zaman dahulu sebenarnya ada 2 jenis kertas yang digunakan dalam tradisi ini. Kertas yang tengahnya berwarna keemasan (Kim Cua) dan kertas bagian tengahnya keperakkan (Gin Cua).

Konon tradisi bakar rumah-rumahan dan uang kertas’ ini baru dimulai pada zaman Kaisar Lie Sien Bien (Lie She Bien) dari kerajaan  Tang di Tiongkok. Lie Sien Bien adalah seorang kaisar yang adil dan bijaksana serta pemeluk agama Budhha yang taat sehingga selalu dicintai oleh rakyatnya.

Awalnya, kaisar sangat puas dengan kemakmuran yang ada di sekeliling kerajaan. Masyarakat kota raja hidup bahagia, tentram dan damai. Sampai suatu ketika, kaisar pergi keluar kota raja. Kaisar melihat keadaan masyarakatnya yang sesungguhnya kemiskinan.

Keadaan di luar kota raja sungguh menyedihkan. Penghasilan mereka hanya cukup untuk makan, mereka tidak punya apa-apa. Hidup dalam kemiskinan. Harta yang mereka punya hanya rumpon bambu saja, pepohonan itu ada di halaman rumah mereka.

Sekembalinya ke kota raja, sang kaisar murung dan terus berpikir keras bagaimana caranya untuk menyeimbangkan kesejahteraan rakyatnya baik yang di kota maupun yang di luar kota raja. Akhirnya, dikisahkan sang raja mendapatkan ide untuk berpura-pura sakit parah, kemudian mangkat, dengan demikian seluruh orang kaya di kota raja akan berkumpul untuk melayat beliau.

Alkisah, setelah beberapa hari kemudian Kaisar Lie Sie Bien hidup kembali. Kemudian  kaisar bercerita mengenai perjalanan panjang menuju alam neraka. Suatu alam yang dialaminya selama saat kematiannya.

Kaisar berkisah, ketika dalam perjalanan menuju alam neraka, sang kaisar bertemu ayah bunda, dan sanak keluarga, serta teman-temannya yang telah lama meninggal dunia. Dimana dikisahkan bahwa kebanyakan dari mereka berada dalam keadaan menderita kelaparan, kehausan, dan serba kekurangan. Padahal dulu semasa hidupnya hidupnya senang dan mewah. Keadaan mereka sangat menyedihkan, walaupun saat ini anak-anak dan keturunannya yang masih hidup berada dalam keadaan senang dan bahagia.

Makhluk-makhluk yang menderita ini berteriak memanggil Lie Sie Bien untuk meminta pertolongan dan bantuannya mengurangi penderitaan mereka. Menurut kaisar mereka ini sangat mengharapkan bantuan dan pemberian dari keturunan dan sanak  keluarganya yang masih hidup.

Lalu sang Kaisar menghimbau keluarga yang masih hidup dianjurkan untuk mengirimkan bantuan dana/uang kepada mereka yang berada di alam penderitaan itu dan dana bantuan itu berupa “Rumah-rumahan” dan uang-uangan untuk dibakar yang terbuat dari bambu-bambu. Bambu yang dibeli dari penduduk di luar kora raja. Inilah bahan dasar pembuatan kertas saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline