Malam ini Mommy akan mengadakan arisan rutin di rumahnya. Arisan yang memang sudah dirancang sekian lama. Warga rangkat banyak yang turut serta, walau uang ngumpulnya tidak seberapa tetapi yang penting senang-senang, makan-makan dan yang pasti bisa ngerumpi. Jangan salah, tidak hanya ibu-ibu yang suka, bapak-bapak juga kadang ikutan menikmatinya.
Sejak pagi rumah pak kades sudah umpyek sendiri. Ada Acik, Kembang, Jingga, Tante Deasy yang asyik membuat hidangan aneka rupa. Sate ayam, cap jay, sambal goreng, rawon hingga empek-empek jadi menu utama. Uleng juga sibuk membuat adonan cemilan gurih. Dia membuat busa kepiting ditemani Yuliani. Saya dan Zwan juga serius membuat paratha dan kari kambing. Pokoknya makanan dari mana saja ada. Tinggal pilih.
Di ruang depan bapak-bapak dan pemuda sibuk membereskan tempat. Mengangkat kursi-kursi untuk dipindahkan ke teras depan. Tikar pandan digelar. Di ruang tengah, meja ditata sedemikan rupa untuk menyajikan hidangan yang rencananya prasmanan. Jadi siapapun bisa memilih yang disukainya.
Sore menjelang. Matahari sudah menuju peraduan. Warga pulang ke rumah untuk mandi dan mempersiapkan diri. Otomatis juga harus mempersiapkan uang hehehehehe.... Tetapi kok ada yang masih mojok. Tampak Mas Lala dan Mommy duduk serius di atas tikar di ruang depan. Sedang Bocah Ingusan menunggu duduk di teras depan. Saya menghampiri Mommy dan minta ijin pamit pulang dulu. Mommy menganggukdan Jingga melambaikan tangan sembari kiss bye seperti biasa.
*
Hampir seluruh warga hadir walau ada beberapa yang tidak tampak. Jeng Pemi, Pak Kades sendiri dan Kang Hikmat serta Paman Petani tidak ada. Entah kemana. Kalau Kang Hikmat kapan hari sempat sms dan mengabarkan kalau dia baik-baik saja di Palangkaraya.
Para wanita rangkat sibuk di ruang tengah menata hidangan di atas meja. Kecuali Dorma yang sibuk dengan penthungan barunya berdiri di depan pintu bersama Mas Hans mengamankan acara. Siapa tau nanti ada teroris datang, pasti lihat mereka berdua saja langsung kabur.
Ibay dan Refo duduk di ruang depan dekat pintu ke ruang tengah. Sesekali mereka melayangkan pandangan ke dalam. Mencari-cari entah siapa. Terkadang tampak mereka berdua tertawa entah karena apa.
Semua sudah siap. Acara dimulai. Mommy mempersilakan Kang Ade untuk membuka acara. Mas Rizal sibuk dengan kameranya. Acara seperti ini harus didokumentasikan, itu katanya. Nanti ditempel di pos ronda supaya warga yang tidak hadir tau beritanya. Acik sibuk menulis notulen. Ya iyalah... Rapat harus ditulis notulennya biar bisa dipertanggungjawabkan kalau nanti Pak Kades ada. Bahkan Selsa sang penyiar radio sibuk juga, dia sibuk menyusun berita untuk diinformasikan ke seluruh penjuru desa.
Kang Ade menyampaikan terima kasih karena banyak yang bersedia menghadiri acara ini. Walau hidangan haruspatungan tetapi semoga saja barokah. Kang Ade juga menyampaikan rencana Rangkat ke depannya. Agar semakin terjalin rasa kebersamaan ini. Bahkan banyak yang mengusulkan untuk piknik bersama di bulan Juni nanti ke Jogja. Kota yang juga aku cinta.
Arisan sudah diundi. Yang mendapat arisan malam ini adalah Nyimas Herda, Mamanya Depe, saya dan Jingga. Senang sekali, bisa untuk membayar hutang, itu pikir saya. Setelah uang dibagi, saya menandatangani tanda terima. Harus. Karena terkadang ada yang lupa, udah dapat ngaku belum. Hayo siapaaaaaaaaaa???????? Hahahahaha....
Kalau sudah selesai acara inti, selanjutnya ya ramah tamah dan sekalian makan-makan. Semua teratur berbagi. Hidangan melimpah. Sesekali tidak masalah, toh nanti kalau tidak habis banyak kok warga yang berniat membungkusnya. Termasuk saya hehehehe....
Semua senang, katanya masakan warga rangkat hebat-hebat. Kalau begini terus, tidak akan ada yang kekurangan gizi. Hehehehe..... Hingga akhirnya ada yang menyadari kalau ada hidangan yang berbeda. Rasa-rasanya tadi tidak ada yang membuat Lumpia. Lha ini kok ada. Siapa yang membuatnya ya? Reporter bilang kalau itu kiriman dari Dewa. Dia yang membuatnya. Tetapi mas Reporter bilang pernah mencicipi lumpia dengan rasa ini sebelumnya. Rasanya sama tetapi yang biasanya pakai cabe rawit, yang ini disediakan sambal botol. Tapi ya tetap sama rasanya, lumpia ini bikinan Kang Ibay yang punya warung di desa. Karena lapar ya ga mau tau, dimakan saja. Toh sudah dihidangkan.
Akhirnya Dewa datang dan meminta maaf terlambat sembari berkata tidak bisa ikut membantu memasak tadi siang karena harus jaga. Saya bertanyaapa benar lumpia ini beli di warung Kang Ibay. Dewa bilang iya. Karena dia sibuk dia beli di warungnya Kang Ibay. Ah.... Dewa memang luar biasa. Kalau memang bukan buatannya mengapa harus malu mengakuinya. Kalau memang buatan Kang Ibay kenapa harus bilang itu buatan Mbak Lina, itu katanya. Walau terkadang ada yang suka ngeles saja. Udah jelas dari warung Kang Ibay tetap nekad bilang dari Mbak Lina.
Acara berakhir dan semua hendak pulang. Setelah membantu membereskan rumah Mommy, kami pamit. Tapi tiba-tiba ada yang mencegat saya. Siapa lagi kalau bukan Mas Hans. Beberapa hari ini dia selalu menguntit kemanapun sy pergi. Keliatan semliwer saja pasti langsung disamperin sambil buka-buka catatan. Selain sebagai Komandan Hansip Rangkat dia juga kerja sebagai Debt (Story) Collector. Dia berbisik walau sebenarnya keras juga, agar saya membayar hutang. Harusnya cuma hutang satu teflon seharga lima puluh ribu lha kok harganya berubah dua kali lipat karena saya lama tidak membayarnya. Uang dari Pak Ade hasil arisan tadi saya ambil dari kantong baju. Lima Puluh Ribu Rupiah saya berikan padanya. LUNAS, itu kata saya. Tapi Mas Hans bilang tidak bisa. Kan hutangnya udah dikalikan dua. Daripada ribut saya mending lari saja. Hahahahaha......
***
27042011
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H