Lihat ke Halaman Asli

Lebih Baik Membunuh Pelan-pelan Rakyat Negeri Sendiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

[caption id="attachment_286294" align="aligncenter" width="300" caption="diunduh dari kompas.com"][/caption] Judul di atas bukan tanpa maksud. Saya terusik setelah semalam ada teman kompasianer Okti Li yang memposting artikel STOP Konsumsi Mie Instant! Setelah Departemen Kesehatan Taiwan Merazia Masal Mie Instant Buatan Indonesia dan Tanggapan Atas Tuduhan Hoax Artikel “Stop Konsumsi Mie Instant! Setelah Departemen Kesehatan Taiwan Merazia Masal Mie Instant Buatan Indonesia” setelah posting tersebut akhirnya muncul juga postingan dari kompasianer blindie Lee (yang sempat ganti judul :) ) yang berjudul Indomie "Di-blacklist" yang mana dengan terang-terangan berani menyebutkan merk karena memang di tv yang menyiarkan hal tersebut jelas-jelas terlihat merk Indomie. Trus, apa hubungannya dengan tulisan ini? Tadi saat membaca kompas, ada berita utama Dua Kemasan Indomie Beredar di Taiwan dan disitu ada klarifikasi yang dilakukan pihak Indofood ke Taiwan. Ada pula penjelasan Bambang Mulyatno, Kepala Bidang Perdagangan, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) untuk Taipei seusai rapat kerja di Komisi VI DRP RI di Jakarta, Senin (11/10/2010). Ia mengatakan, mi instan produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang kena razia di Taiwan adalah produk mi instan yang biasa beredar di Indonesia. (copas dari kompas). Nah.... disitu disebutkan produk tersebut adalah ditujukan untuk konsumsi dalam negeri bukan untuk ekspor. Kalau Taiwan saja menyatakan hal itu berbahaya, kenapa di negeri sendiri bisa lolos? Dan disitu dijelaskan pula kalau zat-zat yang dilarang di Taiwan tersebut sangat berbahaya bagi Ginjal. Itu berarti rakyat kita yang kebanyakan sangat kecanduan mie instan sama saja dibunuh pelan-pelan. Walau sebenarnya dari dulu pun mie instan juga sudah berbahaya karena mengandung parafin. Berikut saya sampaikan bagaimana cara meminimalisasi efek bagi tubuh dari mengkonsumsi mie instan. Artikel ini saya dapatkan dari http://www.health-issue.org/index.php/2008/05/cancer/instant-noodles/ dan akan coba saya translate ke dalam Bahasa Indonesia. (Saat link coba saya buka lagi sudah tidak bisa). [caption id="attachment_286301" align="aligncenter" width="200" caption="from uncle google"][/caption] Yakinkan diri anda bahwa anda mempunyai jeda waktu 3 hari untuk mengkonsumsi tiap bungkus mie instan. Kenapa? Karena mie instan mengandung lapisan lilin, bukan pada pembungkusnya tetapi pada mie itu sendiri. Hal itu yang membuat mie tidak lengket pada saat direbus. Ada seorang aktor SBC (sekarang TCS) beberapa tahun yang lalu, yang sangat sibuk sehingga tidakmempunyai waktu untuk memasak dan terpaksan mengonsumsi mie instan setiap hari. Dia menderita cancer setelah sekian lama mengkonsumsi mie instan tersebut. Dokter memberitahunya tentang kandungan lilin di mie instan. Dokter pun menjelaskan bahwa tubuh kita butuh lebih dari 2 hari untuk membersihkan lilin tersebut. Itulah sebabnya setidaknya kita memberi jeda waktu 3 hari untuk mengkonsumsinya. Walau saya sendiri menyadari itu tidaklah mudah. Kalaupun terpaksa mengkonsumsinya kurang dari 3 hari sekali, kita masak benar mie tersebut. Kita rebus mie, setelah sesaat, angkat mie, buang airnya, cuci mie dengan air bersih, trus masukkan kembali mie ke air mendidih yang baru direbus. Hal itu bisa sedikit mengurangi kandungan lilin yang ada di mie tersebut. Semoga saja semua Rakyat Indonesia sehat walafiat, walaupun kebanyakan dari kita hanya mampu untuk menikmati mie instan saja. *teringat makanan para pengungsi, dimana selalu mie instan menjadi menu utama*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline