Remaja dikatakan sebagai individu yang mencari jati diri, pada masa remaja diharapkan dapat mengembangkan kesadaran diri. Kesadaran diri (self-awareness) diartikan sebuah pondasi esensial bagi remaja, menjadi benteng dalam menghadapi kesulitan dalam kehidupannya. Kesadaran diri (self-awareness) akan memberikan peluang remaja untuk memaksimalkan potensi didalam dirinya.
Individu yang tidak mampu mengembangkan kesadaran diri (self-awareness) akan mengalami banyak permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai yang ada di lingkugan. Perilaku yang bermasalah antara lain penyahgunaan obat-obatan, balap liar, bullying, tidak mau sekolah dan perilaku merokok.
Permasalahan kesadaran diri (self-awareness) didasari oleh rendahnya pemahaman remaja dalam mengenali sikap dan perilaku dirinya sendiri. Studi pendahuluan yang dilakukan penulis kepada santri MTs Al-Islam menunjukkan sebesar 61,06% dalam kategori self awareness sedang. Hal ini menunjukkan bahwa perlu menumbuhkan self awareness.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan self awareness yakni simulasi. Metode ini merupakan suatu bentuk layanan yang praktis dan relatif sederhana akan tetapi mampu memberikan pengalaman belajar yang nyata. Nofianti berpendapat bahwa metode simulasi dapat menggambarkan realita dalam kehidupan dalam situasi bermaian. Selain itum media permainan dapat self-awareness.
Media sendiri salah satu penunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Keberhasilan sebuah layanan dapat dipengaruhi oleh media yang digunakan. penggunaan media dapat memudahkan stimulus aspek kognitif, afektif dan sosial dalam upaya menumbuhkan self-awareness. Pengembangan media permainan disesuaikan dengan karakteristik pondok pesantren sehingga dapat mengeksplorasi media yang dikembangkan mempengaruhi teknik.
Media dijadikan salah satu alternatif dalam memberikan intervensi. Keberhasilan suatu intervensi dapat dipengaruhi oleh media yang digunakan. Media dapat memberikan stimulus pada aspek kognitif, afektif dan sosial. Pengembangan media tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik siswa maupun budaya yang tercipta sehingga akan memberikan dampak yang signifikan untuk menumbuhkan self-awareness.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi dengan media permainan dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi santri dalam situasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penggunaan media akan akan menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menumbuhkan self awareness santri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H