Lihatlah di ufuk barat itu
Kuning pudar warna awan
Seakan memberi kesan
Datang dengan segala pesona lalu pergi entah kemana
Waktu hanyalah hitungan
Bagai detik tanpa bilangan
Ya begitulah kehidupan
Keindahan hanya menetap sejenak
Sebelum harus kembali ke dalam kenyataan
Akan ada saatnya yang tepat tak selamanya menetap
Agar yang lain hadir untuk menyempurnakan takdir
Pencipta memang sengaja menciptakannya
Agar manusia dapat merenungi
dibalik keindahan akan ada ujian
Dibalik kenestapaan akan ada kebahagiaan
Senja telah mengajarkan
Yang pergi akan kembali datang
Yang hilang akan kembali pulang
Meski tak serupa
Meski tak sama
Bahagia tetaplah akan dirasa
Kepergian memanglah menyakitkan
Setidaknya ia membuatmu belajar bertahan
Tuk terus melanjutkan kehidupan
Agar jika bersamanya kau tak kan menyia nyiakan kesempatan
Selimut langit pun nampak menghitam
Tak lama ribuan tetes air mulai bercucuran
Jalan itu licin...
Dan lihatlah batu curam sudah siap berperang
Apakah kau masih sanggup berjuang?
Mata mulai berpejam
Sembari berfikir,
Berputar bak gasing di tengah hamparan
Sempat terselip tuk putar badan
Akhirnya seseorang pun datang
“dasar lemah ....
Begitu mudah kau menyerah
Ingatlah...
Betapa banyak gunung tela kau daki
Berapa lembah yang telah mampu kau sebrangi
Maukah kau menanggung sesal seelamanya?
Jangan merunduk
Tatap wajah
Tatap sombong
Kau pasti menang Ia takluk
Majulah singgahsana telah menanti kedatangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H