Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

Antara Mendidik Anak dengan Lembut, Tegas, dan Keras

Diperbarui: 11 Juni 2024   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang tua sedang berinteraksi dengan anak | Sumber : Halodoc.com.

Dalam proses pengasuhan anak, kadangkala orang tua menemukan titik kebimbangan apakah pola asuh yang diterapkan sudah tepat atau belum. Lantaran orang tua pada suatu waktu dihadapkan pada beragam persoalan dalam fase mendidik anak yang belum diperoleh jalan keluarnya.

Adakala orang tua dihadapkan pada situasi yang "menjengkelkan" perihal ulah sang anak. Terlebih orang tua dalam kondisi lelah selepas bekerja atau urusan lainnya sehingga tersulutlah emosi yang menjelma amarah pada anak berupa omelan, bentakan, atau kata-kata kasar.

Padahal, sebelumnya orang tua sudah berkomitmen untuk mendidik anak dengan cara lembut tanpa adanya "kekerasan" lagi kasar. Situasi dan kondisi yang berbeda seringkali membuat kelabilan emosi orang tua dalam mendidik pada anak.

Orang tua bersikap lembut dikira lembek dan memanjakan anak.
Orang tua bersikap tegas tapi anak gak ngerti-ngerti dan bersikap bodo amat.
Orang tua bersikap keras tapi anak kok terus-terusan bikin kesal karena berbuat kesalahan.
Lantas, bagaimana seharusnya sikap orang tua?

Penulis pernah membaca sebuah nukilan nasihat bahwa menjadi sosok orang tua berarti siap belajar seumur hidup dan siap menerima ujian yang datang sewaktu-waktu. Adapun salah satunya yaitu ujian dalam mendidik buah hati.

Pada artikel ini penulis akan membahas 3 sikap orang tua dalam mendidik anak dengan cara lembut, tegas, dan keras. Agar orang tua bisa mengambil langkah tepat dalam proses mendidik anak.

Adapun sebagai contoh, seorang anak balita yang dilarang keras makan coklat oleh ibunya demi menjaga kesehatan gigi sang anak. Akan tetapi, pada suatu waktu ada orang lain memberi anaknya coklat dan sang ibu mengizinkan dengan alasan tidak enak untuk menolaknya. Sang ibu juga tidak tega lantaran anaknya menangis karena ingin makan coklat hingga pada akhirnya mengabulkan permintaan anak.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sikap sang ibu keras tetapi tidak tegas. Bahkan ibu tersebut justru malah jadi terkesan "lembek" atau lembut tapi tak mendidik. Sebaiknya sang ibu bisa menolak pemberian orang tadi secara halus dan alasan yang jelas.

Tegas Tidak Harus dengan Membentak

Dikutip dari kompas.com, psikolog anak Unika Soegidjapranata Semarang Christin Wibhowo menyampaikan bahwa saat anak dibentak akan memunculkan rasa takut sehingga dampaknya dapat merusak sel otak. Terlebih anak berada di bawah ancaman, tekanan, atau stres.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline