Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

Arti Bersyukur ketika Sakit

Diperbarui: 11 Maret 2024   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ilmu kesehatan (Sumber : Shutterstock via hellosehat.com)

Satu pekan menjelang bulan Ramadan, saya dan si kecil mengunjungi dokter yang sama untuk memeriksakan kondisi kesehatan kami. Sebelumnya si kecil baik-baik saja kondisinya hingga pada suatu siang ayahnya mendapatinya tiba-tiba demam yang kemudian diikuti batuk serta pilek.

Pada saat itu juga kondisi saya sangat lemah badan terasa lemas, pegal-pegal, sakit kepala, disertai pilek. Sungguh tidak karuan perasaan saya saat mendapati si kecil juga "ikut-ikutan" sakit.

Hasil dari pemeriksaan Bu Dokter, akhinya saya diberi tiga macam obat yaitu antibiotik, vitamin, dan paracetamol. Sedangkan si kecil diberi satu plastik klip obat yang sudah ditumbuk halus yang bertuliskan demam, batuk, dan Ab (antibiotik).

Begitu sabar dan telatennya ayah si kecil merawat "duo kesayangannya" yang sedang sakit. Beruntung si kecil tipikal anak yang mudah untuk minum obat. Nafsu makannya juga tidak berubah meskipun sedang sakit.

Sedangkan kondisi saya saat itu masih saja lemas walaupun sudah mengonsumsi obat selama 2 hari. Mulut terasa pahit, sepertinya indra pengecap saya sedang tidak berfungsi dengan baik ketika makanan menghampiri.

Pikiran saya sempat turut "ngedrop" saat dihadapkan pada kondisi lemah tidak bisa memaksimalkan asupan nutrisi si kecil karena ia terbiasa makan masakan saya. Di samping itu, masih saja terbersit beberapa urusan pekerjaan baik domestik maupun yang lainnya yang belum terselesaikan.

Satu hal lagi yang masih menjadi "beban pikiran" saat itu bahwa sebentar lagi bulan puasa. Muncul kekhawatiran dalam diri saya mengapa belum juga kunjung sembuh. Saat pemeriksaan, Bu Dokter menyampaikan bahwa saya kecapekan. Berarti fiks, ada "sesuatu" yang "tidak beres" dalam diri saya.

Akhirnya, saya mencoba mengatasi "ketidakberesan" tersebut dan berdamai dengan diri saya sendiri. Saya harus bangkit, tidak boleh larut dalam kesedihan dan tidak berlama-lama menyesali sakit ini.

Muhasabah Diri

Ketidakseimbangan antara asupan nutrisi seperti jadwal makan yang tidak teratur, urusan pekerjaan, serta waktu istirahat yang tidak terkelola dengan baik turut menjadi bagian dari evaluasi diri saya. Apalagi di masa pergantian musim saat ini, sistem kekebalan tubuh rentan terhadap penyakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline