Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

5 Tips Orangtua Menghadapi Balita yang Suka Memukul

Diperbarui: 1 Maret 2024   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak memberikan gestur ingin memukul (Sumber: Freepik)

Saat anak sedang marah atau tantrum, sering kali dijumpai anak meluapkan emosinya melalui tangisan dan teriakan, bahkan tindakan menendang, memukul atau melempar barang. Namun, tidak jarang pula anak yang tidak sedang tantrum memiliki kebiasaan tidak baik seperti suka memukul tanpa kontrol kepada siapapun.

Kebiasaan inilah yang apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi sebuah definisi baru bagi anak. Mengingat di usia anak masih balita perkembangan emosionalnya belum seperti orang dewasa. Anak akan berpikir bahwa perilaku memukul adalah hal yang wajar.

Namun, akan menjadi sebuah persoalan baru manakala tindakan tersebut tidak segera ditangani dan diperbaiki oleh orangtua. Perilaku "suka" memukul merujuk pada kebiasaan anak yang patut disoroti penyebab dan pencetusnya.

Mengapa anak suka memukul?
Apa yang menyebabkan anak suka memukul?

Maka, sebaiknya orangtua mencari tahu penyebab perilaku anak yang tidak baik tersebut.

Pertama, bisa jadi anak melihat contoh orang lain atau teman bermainnya yang sedang memukul. Bahkan bisa saja bersumber dari orangtuanya sendiri. Maka, inilah pentingnya orangtua bukan sekadar menemani tetapi juga memantau gerak-gerik anak dan lingkungannya.

Selain itu, evaluasi dan instropeksi diri orangtua apakah selama ini keharmonisan di dalam keluarga terjalin dengan baik atau malahan sebaliknya. Ingat bahwa anak peniru ulung orangtuanya. Di usia anak yang masih belia, ia belum memiliki filter yang "sempurna" dalam menyerap apa yang ia lihat, alami, dan rasakan.

Kedua, ketahui jenis tontonan anak. Inilah pentingnya orangtua memantau apa isi dan esensi dari tontonan anak baik berupa video maupun permainan (game) selama screen time. Orangtua memastikan konten tontonan anak tidak mengandung unsur yang berisiko pada perilaku tidak baik anak.

Sebaiknya orangtua mengambil langkah tepat sebelum terlambat. Agar anak tidak terus menerus mencontoh adegan tidak baik dari yang ia tonton, misalnya adegan perkelahian meskipun berupa kartun animasi. 

Orangtua dapat mengganti dengan tontonan yang lebih edukatif serta mendampingi anak ketika screen time. Bahkan orangtua dapat meniadakan screen time baik melalui gawai maupun televisi dalam jangka waktu tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline