Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

Semangkuk Cilok Kuah

Diperbarui: 2 Februari 2024   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangkuk cilok kuah | dokumen pribadi

"SEMANGKUK CILOK KUAH"

Tiga hari ini hujan terus mengetuk atap rumah
Begitu rajin menyapa sesekali dengan deru gemuruh
Langit pun kelabu, lalu turunlah gerimis sore itu.

Hujan, kau membuatku melamun tentang apa yang akan tersaji sore ini
Ku tuangkan isi kepalaku dengan meracik cilok berkuah kaldu
Semangkuk cilok berkuah hangat sepertinya segar dan memanjakan lidah
Berteman tetelan daging dan kukusan tahu kuning
Terjalin harmonisasi rasa yang berpadu di tengan rintik menggelitik.

Bulatan tepung aci terwujud dalam kenyalnya adonan cilok
Menjelma bola-bola kecil yang dimasak dalam air mendidih
Aroma kuah kaldu yang khas begitu memikat
Menggugah lapar dari segala arah.

Aroma bawang goreng menguar samar-samar
Rasanya murni racikan sendiri
Berpadu dalam semangkuk cilok kuah berkaldu yang menemani soreku.

Tak cukup rasanya untuk dinikmati sendiri
Mangkuk-mangkuk pun berjajar rapi
Turut mengantri untuk berbagi.

Jakarta, 2 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline