Lihat ke Halaman Asli

Khusnul Kholifah

Ibu dan Pendidik

4 Asupan Utama Penangkal Baby Blues Syndrome pada Wanita Pasca Persalinan

Diperbarui: 15 Januari 2024   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ibu mengalami Baby Blues Syndrome (Sumber: Freepik)

Istilah Baby Blues Syndrome pasti sudah tidak asing di telinga kita. Istilah ini begitu melekat pada wanita di masa-masa awal setelah melahirkan. Sebagian besar wanita mengalaminya pasca persalinan. 

Kita ingat kembali bahwa baby blues syndrome merupakan kondisi kelabilan emosi yang "akrab" ditandai dengan perasaan sedih, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, merasa bersalah, dan hal-hal lainnya baik bawaan sejak masa kehamilan maupun setelah persalinan.

Beberapa ahli menyampaikan bahwa kondisi tersebut adalah lazim atau wajar terjadi beberapa hari pada wanita pada umumnya setelah melahirkan. Namun, adanya keragaman status kesehatan masa kehamilan, status sosial, status finansial, hingga latar belakang pendidikan menjadi salah satu faktor utama kondisi baby blues berkepanjangan. 

Apabila kondisi tersebut dibiarkan atau bahkan tidak disadari maka memungkinkan munculnya risiko masalah serius karena tiada penanganan atau deteksi sejak dini.

Kadang kala suasana baby blues dapat pulih dengan sendirinya tanpa adanya penanganan profesional misalnya bidan atau dokter. Akan tetapi, kondisi ini rentan terjadi pada wanita dengan kondisi dukungan sosial yang lemah, kondisi ekonomi keluarga yang kurang, hingga pada ibu yang mengalami komplikasi selama masa kehamilan. 

Alhasil, ibu membutuhkan penanganan profesional yang otomatis membutuhkan obat-obatan dan terapi psikologis. Padahal ibu sedang menyusui maka sebaiknya obat harus disesuaikan atau diperbolehkan bagi ibu menyusui dan tidak ada efek sampingnya agar tidak berdampak pada produksi dan kualitas ASI.

Kondisi baby blues bukan hanya "mengincar" wanita pada persalinan pertama tetapi juga besar kemungkinan "mengincar" pada persalinan kedua bahkan ketiga. Hal demikian karena adanya gangguan emosional seolah ibu tidak tertarik pada anaknya.

Kondisi tersebut tidak serta merta terjadi. Jika kita tarik benang merahnya, besar kemungkinan adanya faktor pemicu. Faktor pemicu ini bisa bersumber dari kurangnya perhatian dari orang terdekat terhadap si ibu.

Selain faktor perubahan hormon pasca persalinan, baby blues dapat pula disebabkan karena kelelahan fisik, permasalahan dalam rumah tangga, hingga stres imbas ASI yang tidak kunjung keluar atau seret. 

Belum lagi di masyarakat kita masih berkembang mindset bahwa melahirkan dengan metode caesar tidak lebih baik dari melahirkan pervaginam atau normal. Sehingga para wanita yang melahirkan caesar mengalami pergolakan emosi yang berlipat ganda belum lagi sakit yang dirasakan pasca operasi hingga proses pemulihan lukanya yang mayoritas "lebih lama" dari melahirkan normal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline