Lihat ke Halaman Asli

khusnul khotimah

jika ingin sukses maka berusahalah

Sejarah Maqosid Alquran

Diperbarui: 18 Oktober 2022   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah munculnya Maqashid Al-Quran

Khusnul khotimah 3120072

 

  • Pendahuluan
  •  Proses kontekstualisasi Al-Qur'an berpedoman pada dua dimensi makna Al-Qur'an, yaitu ma'n jawhar dan ma'rirni. Ma'n jawhar adalah tujuan utama  teks Al-Qur'an, sedangkan ma'n iirr adalah makna sementara yang dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan ruang dan waktu di mana Al-Qur'an dibacakan. . Adanya dua dimensi makna tersebut mendorong munculnya gagasan tentang keberadaan ajaran inti yang tetap dan ajaran non inti yang dinamis. Ajaran inti  tetap ini dikenal sebagai maqid al-Qur'an. Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu maqid al-Qur'n belum menjadi  disiplin ilmu yang berdiri sendiri pada masa-masa awalnya. Maqid al-Qur'n muncul di luar ilmu al-Qur'an.
  •  Pembahasan 
  • Perkembangan ilmu pengetahuan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Sama halnya dengan disiplin Maqosid al-Qur'an. Makosid al-Qur'an secara umum dapat dikenali dari ciri-ciri karya yang membahas atau menguraikan ungkapan Maqosid al-Qur'an. Secara umum Makosid al-Qur'an terbagi menjadi empat fase utama:
  • Pertama, disebut fase inti diaspora. Saat ini, maqosid Al-Qur'an telah menyebar ke berbagai bidang. Kata Maqosid Al-Qur'an pertama kali digunakan oleh al-Ghozali[1] dalam Jawahir Qur'an, juga ditemukan dalam karya awal 'Izz al-Dn ibn 'Abd al-Salam[2] (w. 1262). . Meskipun muncul sekitar seratus tahun setelah karya al-Gazal, Ibn 'Abd al-Salm tidak membahas maq al-Qur'n dalam dosis yang lebih besar daripada al-Gazal. Dalam al-Qaw'id al-Akm, Ibn 'Abd al-Salm secara singkat menyebutkan  bahwa kebanyakan maqid al-Qur'n berisi petunjuk dan nasihat untuk mencapai Maslahah (maslahat) dan segala sarana untuk memulai. Karya Ibn 'Abd al-Salam didominasi oleh nuansa maqid al-syar'ah dalam penjelasan maqid al-Qur'n. Hal ini tidak mengherankan, karena maqid al-syr'ah mulai muncul sejak abad ke-5 H[3], atau seperti yang diramalkan al-Raysn sekitar abad ke-8, ditandai dengan munculnya kata Maqosid oleh al-Tirmidz (w. 868) di bawah judul Al-Salah wa Maqiduh[4]. Dari masa turunnya maqsid al-Qur', ia hanyut bersama dengan maqid al-Syar' yang sudah ada selama kurang lebih tiga abad[5]. 
  •  
  • Tahap kedua diterapkan di pra-teoritis. Tahap kedua ini ditandai dengan  penerapan maqosid al-Qur'an dalam proses penafsiran al-Qur'an, namun konsep ilmiahnya belum berkembang. Jika pada tahap diaspora intisari maqas al-Qur'n disebutkan dalam bentuk yang sederhana tanpa  contoh penerapan yang jelas, maka pada tahap kedua justru sebaliknya. Maqsid al-Qur'an digunakan dalam  penafsiran dan pembacaan Al-Qur'an, meskipun konsep dan teori ilmiahnya tidak baku. Hal ini ditunjukkan dengan hadirnya tafsir berorientasi maqid dalam sejarah tafsir. Beberapa tafsir, yang bisa disebut tafsir maqasid, oleh Muhammad 'Izzat Darwazah (w. 198). 
  •  
  • Ketiga, tahap pengeditan konseptual.
  •  
  • Fase ketiga ditandai dengan munculnya karya-karya khusus di bidang maqsid al-Qur'n. Buku pertama yang diterbitkan dengan nama khas membawa maqid al-Qur'n adalah karya h Jbir al-'Alwn berjudul al-Tauhd wa al-Tazkiyah wa al-'Umrn: Muhawalat f Kasyf 'an al-Qiyam wa al-Maqid al-Qur'n. 'niyyah al-Hakimah  diterbitkan pada tahun 2003. Buku Al-'Alwn menjelaskan bahwa tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an adalah menjadi pedoman agar manusia dapat menjalankan perannya sebagai khalifah. tanah Untuk menjadi khalifah sejati, manusia harus menguasai tiga aspek yang membentuk maqid al-Qur'n, yaitu tauhd, tazkiyah, dan 'umrn.
  •  
  • Keempat, tahap transformasi kontekstual merupakan tahap lanjutan dari pemahaman ilmiah maqsid al-Qur'n. Pada tahap ini, terdapat karya-karya yang mencoba mentransformasikan maqosi al-Qur'an dengan mengkontekstualisasikan makna al-Qur'an. Karya-karya  fase ini terbagi menjadi dua: pertama,  tafsir yang secara eksplisit menyebut istilah maqsid al-Qur' dalam judul dan pembahasannya, dan kedua, karya tafsir maqsid yang tidak memuat istilah maqsid al-Qur' sebuah. dalam judul, tetapi penulis memiliki karya tersendiri terkait dengan maqosid Akhiran.
  •  
  • Penutup
  •  
  •  Dengan demikian, maqsid al-Qur'n adalah esensi abadi dari ajaran Al-Qur'an dan harus digunakan untuk melihat Al-Qur'an. sebuah. Pemahaman dan komposisi Al-Qur'an berubah sesuai dengan paradigma  Islam. Awalnya, maqid al-Qur'n lebih didominasi oleh orientasi teosentris, sehingga di era modern dan kontemporer, maqid al-Qur'n bergerak ke arah antroposentrisme. Dengan kata lain, tujuan Al-Qur'an tidak hanya dibakukan dalam hal ibadah dan hukum Syariah. Secara vertikal,  tetapi lebih kepada menegakan nilai-nilai Al-Qur'an untuk kemaslahatan umat manusia. Istilah maqid al-Qur'n pertama kali muncul dalam kajian tasawuf, bukan dalam bidang tafsir atau ulm al-Qur'n. Namun  lambat laun maqsid al-Qur'n mulai berusaha berdiri sendiri dan terpisah dari para sesepuh.

 

Daftar Pustaka

 

Al-Gazali, "Tarjamat al-Mu'allif" dalam Jawhir Al-Qur'n, 13

 

Mufid, A. (2019). MAQASID ALQURAN PERSPEKTIF MUHAMMAD AL-GHAZALI. Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, 4(2), 118-132.

 

Nur'Azmy, K. (2019). Maqashid Al-Qur'an: Perspektif Ulama Klasik dan Modern. Muarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer, 1(1), 8-18.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline