Filsafat adalah induk dari segala ilmu, diibarat kan seperti pohon maka filsafat merupakan akarnya. Filsafat lahir diantara orang-orang zaman dahulu yang selalu ingin mencari kebenaran melalui rasionalnya. Filsafat sendiri tercetak bukan dari umat islam lebih tepatnya dari orang-orang Yunani. Dan pada masa itu sulit sekali mengajarkan filsafat kepada orang-orang islam, karena bagi mereka memepelajari ajaran yang bukan dari agama islam itu sendiri, sangatlah bertentangan. Namun semua itu tidak menutup kemungkin bahwa filsafat juga dipelajari oleh orang muslim, salah satunya ialah Al-kindi.
Ia merupakan salah satu filsuf muslim yang terkenal dengan karya-karyanya, ia memiliki nama lengkap yaitu Abu Yusuf Ya'kub ibn Ishaq as-Shabbah Al-kindi. Ia merupakan anak dari seorang gubernur Kufah pada masa Bani Abbasiyah dalam kepemimpinan al-Mahdi dan al-Rasyid yang bernama Ishaq al-Sabbah. Ia lahir di daerah Kufah yang sekarang ini menjadi Iraq pada tahun 801 M. Nama al-Kindi diambil dari nama sukunya yaitu kindah, yang termasuk suku terbesar pada masa pra-islam. al-Kindi ini cicit dari Ash'ats ibn Qais yang masih merupakan sahabat Nabi Muhammad.
Al-Kindi memulai pendidikannya di kota kelahirannya. Di sana ia mulai mempelajari Al-Qur'an, kesusastraan, fiqih, teologi, tata bahasa arab, serta ilmu hitung. Dan memang pada saat itu daerah kufah menjadi pusat keilmuan serta kebudayaan Islam yang lebih menonjolkan pada ilmu rasionalnya. Dari situasi inilah yang membuat al-kindi menggemari sains dan filsafat.
Setelah di Kufah, al-Kindi pindah ke Baghdad yang merupakan ibu kota dari Bani Abbasiyah (Basri, 2013). Di kota ini ia lebih menfokuskan lagi pada filsafat, dengan keingin tahuannya lebih dalam pada filsafat, al-Kindi mencari buku-buku warisan dari Yunani yang seputar filsafat di perpustakaan Negara untuk mengkaji pemikiran-pemikiran rasioanal lainnya, dan tentu saja perpustakaan ini tidak bisa diakses oleh sembarangan orang, maka dari itu al-kindi memanfaatkan status keluarganya untuk menggali filsafat lebih dalam lagi.
Dan tidak hanya dari perpustakaan Negara untuk mendapatkan buku-buku yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab, al-kindi juga mengutus seseorang untuk mencari buku-buku tersebut di seluruh kerajaan Byzantium. Ada yang mengatakan bahwa al-kindi menghargai di setiap bukunya dengan emas seberat buku tersebut, karena baginya sebanyak-banyaknya emas tadi tidaklah lebih berharga dari satu buku tersebut.
Dari bacaan buku filsafat yunani itu tergeraklah untuk menerjemahkan lalu diringkas untuk dijadikan karya buku, bahkan ia juga mengarang buku dari hasil pemikirannya sendiri yang terinspirasi dari gagasannya Aristoteles. Menurut Ibnu al-Nadhim buku-buku karya al-kindi ini sekitar 241 buah yang berisi tentang filsafat, logika, astronomi, kedokteran dan masih banyak lagi. Dengan pemikiran-pemikiran tersebut al-kindi di sebut sebagai filsuf muslim pertama atau juga bisa disebut filsof arab, karena hanya beliaulah filsuf muslim yang keturunan arab asli. Menurut Dimitri Gutas sosok al-Kindi ini seorang polymath dan sarjana universal yang memiliki semangat ensiklopedis yang merupakan ciri khas awal abad ke-9 Baghdad dan yang dipupuk oleh gerakan penerjemahan.
Keberadaan para filosof Islam, termasuk al_kindi, menunjukkan bahwa filsafat bukanlah mata pelajaran yang diharamkan bagi umat Islam. Kita sering mendengar bahwa mempelajari filsafat identic dengan paganisme. Sebenarnya filosofi ini mengkaji ketuhanan, pencipataan manusia dan fenomena alam sehingga meningkatkan keimanan kita terhadap keberadaan Tuhan. Memang, filsafat berasal dari orang Yunani, yang mengutamakan logika, tetapi para filosof islam menerapkannya pada konteks Islam, sehingga memungkinkan kita untuk mempraktekan filsafat tanpa meninggalkan iman kita. Filsafat adalah cara kita berfikiran kritis dan bebas.
Al-Kindi berkata bahwa "kita tidak perlu takut untuk menghargai dan memperoleh kebenaran dari mana pun asalnya, meskipun dari ras dan budaya asing. Tidak ada yang lebih berharga bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri, dan kebenaran tidak diremehkan atau diejek oleh mereka yang melaporkan atau membawanya. Kebenaran tidak merendahkan siapa pun, tetapi memuliakan semua orang" (Khaled El-Rouayheb, 2017).
Filsafat dan agama, menurut al-kindi memiliki tujuan yang sama yaitu, menemukan kebenaran, dalam arti mentransmisikan apa yang adil dan baik. Agama dan filsafat sama-sama berkaitan dengan studi tentang Tuhan. Risalah al-kindi terpanjang yang pernah sampai kepada kita adalah Fi al-Falsafah al-Ula, namun sayangnya tidak lengkap. Karya ini mencakup konsep metafisikannya al-Kindi, yang didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis Aristoteles. Dalam buku ini, Al-Kindi mendefinisikan kebenaran pertama sebagai penyebab dari semua kebenaran. Secara umum, kebenaran pertama adalah Tuhan, yang dia sebut sebagai Allah SWT dalam Islam.
Masih banyak lagi tulisan-tulisan metafisika al-Kindi diantaranya, Fi Wahdaniyah Allah wa Godiyah Jirm Al-Alam, Fi Kammiya Kutub Aristutails wa Ma Yahtaj Divine fi Tahsil Al-Falsafah, Risalah. Metafisika Al-Kindi: Terjemahan dari Yaqu ibn Ishaq Risalah Al-Kindi "Pada Filsafat Pertama", Fi al-Illah al-Failai al-Madd wa al-Fazr. ketahuilah bahwa al-Kindi mengidentifikasi metafisika sebagai pengetahuan mulia dari karya-karya ini, karena subjek ulasannya adalah yang paling mulia dari semua validitas. Akibatnya, Al-Kindi menggambarkan metafisika sebagai pengetahuan ilahi, yang oleh Aristoteles disebut sebagai penggerak yang tidak bergerak.
DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Amroeni. 2006. Filsafat Islam. Jakarta: Erlangga.
Dr. H.A. Soleh, Khudori, M.Ag. 2016. Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
El-Rouyheb, Khaled. 2017. The Oxford Handbook Of Islamic Philosophy. New York: Oxford University Press.
Madani, Abubakar. 2015. "Pemikiran Filsafat Al-Kindi". Hal. 109. Samarinda: IAIN Samarinda
Praja, Juhaya S. 2015. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.