Lihat ke Halaman Asli

Khusnia

Bersuara melalui deret kata

Kasus Bullying di Indonesia: Kenali Faktor dan Pencegahannya

Diperbarui: 15 Juni 2022   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi korban bullying oleh Kat J on Unsplash   

Baru-baru ini kita dikagetkan dengan adanya berita kasus bullying yang terjadi pada salah satu siswa MTs Kotamobagu, Sulawesi Utara yang terjadi pada Rabu (8/6/2022) hingga menyebabkan kematian korban, Bintang T (13). Kronologi kasus ini terjadi saat Bintang hendak melaksanakan salat zuhur di masjid sekolahnya. Namun, tiba-tiba datanglah teman-temannya yang saat itu menutupi wajah korban menggunakan sajadah. Selain itu, korban juga diikat tangannya serta dipukuli di bagian perut oleh teman korban yang berjumlah Sembilan siswa  itu.


Sepulang sekolah, Bintang merasakan sakit perut akibat perbuatan teman-temannya. Bintang yang tidak kuat menahan rasa sakit itu bercerita kepada orang tuanya. Kedua orang tua Bintang langsung bergegas menuju rumah sakit terdekat untuk memeriksakan keadaan putra mereka itu. Kendati sudah mendapatkan perawatan medis, Bintang yang juga mengidap kelainan usus itu tidak terselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (12/6/2022).  


Kapolres Kotamobagu, AKBP Irham Halid, mengatakan bahwa kasus ini akan segera diselidiki. Akan tetapi, keterangan detail mengenai kasus bullying ini belum dirilis sepenuhnya, sebab kasus ini melibatkan anak di bawah umur. Kematian Bintang tidak hanya menjadi luka bagi kedua orang tuanya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kasus Bullying bukan kasus yang terjadi satu sampai dua kali saja, melainkan beberapa kali media Indonesia sudah merilis kasus-kasus yang sama di lingkungan pelajar. Berikut beberapa kasus bullying yang terjadi sepanjang Januari hingga Juni 2022.  

Kasus Bullying di Jember

  photo by RODNAE On Pexels

Pada Maret 2022, Jember mendapati dua kasus bullying sekaligus. Pertama, kasus kekerasan berupa penusukan pada seorang pelajar di sebuah SMP di Kecamatan Bangsalsari. Penusukan itu dialami siswa berinisial AC (14), yang saat itu duduk di kelas 8. Kekerasan itu dialami AC pada Selasa (15/3/2022) hingga membuatnya harus dirawat di Puskesmas Sukorejo, Bangsalsari. Kasus itu diserahkan ke Unit PPA, karena terduga pelaku juga masih anak-anak. Penusuk AC adalah kakak kelasnya, alias pelajar kelas 9.
Sementara di Kecamatan Umbulsari juga terjadi perundungan terhadap seorang pelajar sebuah SMP swasta di sebuah desa di kecamatan tersebut. Perundungan diikuti dengan pemukulan, yang dilakukan oleh dua orang pelajar. Peristiwa itu terungkap, Jumat (18/3/2022), setelah ada laporan ke Polsek Umbulsari. Perundungan terjadi di dalam kelas, pada Februari lalu. Kasus perundungan tersebut sempat viral di media sosial, sebab diunggah oleh salah satu siswa yang berada dalam kelas yang sama.

Kasus Bullying di Banyuwangi

Photo by Mikhail Nilov on Pexels

Dugaan kasus bullying atau perundungan terhadap anak juga terjadi di Banyuwangi. Kasus perundungan ini terjadi pada akhir tahun 2021, tepatnya bulan November. Seorang siswa kelas 7 berinisial G (13) harus menjalani operasi patah tulang setelah menjadi korban perundungan yang dilakukan salah satu teman sekelasnya. Bahkan, dokter terpaksa memotong tulang pahanya sepanjang 4 centimeter, karena terjadi infeksi pada luka yang dialami korban. Kendati demikian pihak polisi pun mengarahkan agar perkara tersebut dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan mengingat terduga pelaku yang masih berada dibawah umur.

Bullying merupakan tindakan perundungan yang terjadi secara berulang dengan tujuan mengintimidasi, melecehkan, dan menyakiti seseorang. Kasus Bullying di atas membuktikan bahwa bullying tidak sekedar ejek-mengejek antarsiswa, tetapi juga kekerasan hingga menyebabkan kematian pada korban. Lalu, apa yang seharusnya diperbaiki agar kasus bullying, khususnya di kalangan pelajar Indonesia, dapat diatasi dengan baik.

Kenali Faktor Bullying

Untuk mengurangi kasus bullying, setidaknya kita harus paham betul mengenai faktor mengapa bullying itu dilakukan pada seseorang yang notabene adalah teman sendiri. Pertama, pelaku bullying bisa jadi adalah korban yang pernah merasakan pahitnya di-bully, tetapi tidak mampu mengekspresikan kesedihan, menceritakan, atau bahkan melawan perbuatan yang dialaminya sehingga ketika dia melakukan bullying pada orang lain, sebenarnya karena pelampiasan semata. Kedua, yaitu pengakuan. Alasan seseorang melakukan bullying berikutnya adalah karena ingin mencari pengakuan di kelompoknya. Pengakuan atas power yang dimiliki, baik itu dari segi fisik, finansial, ataupun yang lainnya. Untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang disekitarnya, termasuk si korban, pelaku akhirnya melakukan tindak perundungan atau bullying. Ketiga, adanya reward dan ketiadaan punishment yang tegas untuk pelaku bullying. Ketika para pelaku bullying mendapatkan pengakuan, orang-orang di sekitarnya akan merasa takut dan pelaku justru menganggap itu sebagai "reward" ditambah dengan ketiadaan punishment yang tegas, terutama jika pelakunya adalah mereka yang berada di bawah umur.

Dengan demikian, pembentukan karakter pada remaja sangat penting. Para orang tua sudah sepatutnya menaruh perhatian penting kepada anak-anak mereka, mulai dari membatasi penggunaan media sosial hingga pergaulan yang dirasa tidak patut. Punishment juga sesekali perlu diberikan baik oleh orang tua maupun para guru ketika mendapati anak atau siswanya menjadi pelaku bullying serta tidak pernah menganggap remeh bullying atau perundungan yang ada di sekitar kita. Kasus di atas adalah tamparan bagi kita semua untuk semakin menyadari bahwa kasus bullying merupakan kasus yang perlu ditangani secara serius.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline