Pada tanggal 19 Januari 2025, mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Malang Pangarsa Muda mengadakan kegiatan budidaya hidroponik menggunakan limbah botol bekas sebagai media tanam di Dusun Glatik, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan sampah plastik secara kreatif sekaligus meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
Program KKM UIN Malang ini memanfaatkan kangkung sebagai komoditas utama karena kemudahan budidayanya dan masa panennya yang singkat, sangat ideal untuk program pemberdayaan masyarakat. Pemilihan kangkung juga mempertimbangkan ketersediaan bibit dan perawatannya yang relatif mudah. Botol plastik bekas, yang biasanya menjadi sampah, diubah menjadi media tanam hidroponik yang sederhana dan ekonomis. Prosesnya melibatkan pengisian botol dengan air dan nutrisi khusus yang diformulasikan untuk pertumbuhan optimal kangkung. Sistem hidroponik ini dirancang agar mudah dipelajari dan diimplementasikan oleh masyarakat, bahkan tanpa keahlian pertanian yang luas. Kesederhanaan sistem ini menjadi kunci keberhasilan program dalam memberdayakan masyarakat untuk bercocok tanam secara mandiri.
Setelah berhasil dirakit dan ditanami bibit kangkung, sistem hidroponik ini diserahkan kepada ibu-ibu PKK Dusun Glatik. Penyerahan dilakukan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, agar bisa menanam sayuran sendiri tanpa memerlukan lahan luas.
Para ibu rumah tangga yang menerima hidroponik ini tampak antusias karena metode ini tidak memerlukan lahan luas dan bisa diterapkan di rumah masing-masing. Dengan metode hidroponik sederhana ini, masyarakat bisa memiliki sumber sayuran segar sendiri tanpa harus membeli di pasar.
Program hidroponik ini bukan sekadar solusi praktis untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi sampah plastik, tetapi juga sebagai inspirasi bagi warga Dusun Glatik dan masyarakat luas. Mahasiswa KKM UIN Malang berharap inisiatif ini dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan kemandirian pangan keluarga. Dengan metode hidroponik yang sederhana dan mudah ditiru, warga dapat menanam sayuran sendiri tanpa membutuhkan lahan yang luas. Keberhasilan program ini diharapkan dapat mendorong replikasi di desa-desa lain, menciptakan gerakan masyarakat untuk bercocok tanam secara berkelanjutan. Ke depannya, pengembangan program ini dapat meliputi pelatihan yang lebih intensif, diversifikasi jenis tanaman, dan penyediaan akses yang lebih mudah terhadap bibit dan nutrisi hidroponik. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya masyarakat yang lebih peduli lingkungan dan mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan. Semoga program ini menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI