Lihat ke Halaman Asli

Khusen Mandala

Bapak dari 2 anak wanita

Kematian Itu Keniscayaan

Diperbarui: 10 Januari 2021   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika ada kehidupan sudah pasti ada kematian. Manusia adalah sesuatu yang hidup dan juga pasti mengalami kematian. Tidak bisa di hindari. Setidaknya belum ada konsep atau penemuan ilmiah untuk menghambat atau mengatur itu semua.

Semua pernah mengalami, satu persatu keluarga pergi. Sahabat berkurang. Teman menghilang. Tetangga tak lagi ada. Karena telah dijemput oleh kematian.

Ibarat antrian. Kita semua menunggu kapan waktunya. Tidak ada yang tahu, kecuali sang pencipta. Bisa datang tiba-tiba. Baik saat senang ataupun susah.

Cara manusia mengalami kematian memang tak pasti. Hanya kematian itu sendiri yang pasti hadir dan hinggap di kita. Tak perlu dicemaskan. Tak perlu dikhawatirkan, karena setiap orang akan kebagian.

Ada yang terlalu berlarut dalam kesedihan ditinggal mati oleh orang tersayang. Ada yang senang ditinggal mati oleh orang yang dia benci. Ini adalah sebuah pilihan. Tentang bagaimana ia memandang persoalan kehidupan secara holistik.

Setidaknya ada 3 hal yang harus kita perhatikan saat melihat atau mendengar kabar kematian:

1. Jangan di dramatisir

Bukan hal yang aneh lagi. Banyak media atau orang yang sering kali melebih-lebihkan suatu peristiwa. Jika itu media yang melakukan, jelas itu adalah untuk kepentingan industrinya. Jika orang biasa yang melakukan, jelas itu untuk kepentingan pribadinya. Eksistensi dan lainnya.

Banyak peristiwa kematian yang terlalu di dramatisir. Media menyebarkan berita yang tak perlu disebarkan. Contoh, firasat keluarga sebelum kematian. Seharusnya hal ini bukan pekerjaan media. Media itu harus mencerahkan! Bukan malah terjebak dalam narasi dan pertanyaan konyol.

2. Jangan menyebarkan aib, foto kematian dan beberapa hal privasi tanpa seizin ahli waris orang yang meninggal

Zaman modern adalah zaman edan kata orang kampung dulu. Benar sekali. Informasi mengalir begitu cepat. Salah benar itu tak menjadi ukuran. Yang penting klik datang dan mengikuti selera pasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline