Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

[KC] Sepotong Senja di Odori Park

Diperbarui: 3 Oktober 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (Foto: Pixabay)"][/caption] Sisa angin dingin bulan April mendekap kami. Cukup erat untuk membuat telapak tanganku sibuk saling mengusap. Kemilau cahaya Sapporo TV Tower tak mampu memberi kehangatan. Hari bergerak kian jauh. Odori Park telah menyongsong malam, dan hati kami pun menjelang beku.

Aku hampir tergelak saat Kimiko menyatukan kedua telapak tangan dan membawanya ke dada.

“Apa yang lucu?” sungutnya sambil menabrakkan bahunya ke tubuhku.

“Kukira kau tak akan pernah kedinginan,” jawabku dengan senyum kemenangan.

Ouch! Kimiko kembali menabrakkan bahunya, sebelum kami kembali larut dalam kesibukan di kepala masing-masing.

"Terima kasih untuk hari-hari yang sudah kauberikan kepadaku selama aku kuliah di sini," ucapku parau dengan kata-kata yang kutebak separuh beku saat tiba di kelopak telinganya.

Ia menoleh dalam hitungan detik dan kembali sibuk dengan telapak tangannya. Dan kata-kata kami masih mendekam di musim dingin saat kami memutuskan untuk melangkah dan membawa diri turun dari garis bumi.

[caption caption="Olah visual Google Maps by @angtekkhun"]

[/caption]

Entah siapa yang memandu, kaki-kaki kami berhenti di Sapporo Sweets. Dan entah siapa pula yang mengatur, kami masih bisa mendapatkan tempat terbaik untuk bersendu di kafe itu.

"Bagaimana rutemu setelah Narita?" Ia melemparkan kalimat dan memalingkan wajah ke arahku. Matanya mencoba berbinar.

"Soekarno-Hatta, Gambir, Stasiun Tugu," jawabku pendek. Aku tahu Kimi tak serius dengan pertanyaan ini. Ia hanya kehabisan akal untuk menghimpun kata-kata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline