Pada suatu waktu nanti
entah esok atau besok-besok
kita akan jumpa lagi
di kerindangan pepohon
di senja yang jingga atau
kafe teduh dengan meja bulat
Tak usah membuat agenda
kutahu tak akan habis-habis
kata-kata yang akan terbit
benihnya tak habis-habis
bertumbuhan laksana cendawan
Di saat waktu serasa membeku itu
helai-helai anak rambut nakal
bermain melewati telinga
ketika kau tergelak dalam tawa
dengan mata membulat dan binar
saat kukisahkan debar di dada
dan rindu memuncak di mata
Pipimu merona di terpa bias cahaya
tanganmu yang tiba-tiba dingin
memeluk penuh cangkir kopi
saat jemariku tiba dan membawa helai-
helai di sana kembali ke balik telinga
Usai itu giliran kujemput jemarimu
lepas dari cangkir kopi yang hangat
membawanya datang padaku
untuk kuberi kecupan paling lembut
Kudengar lagu paling merah jambu
mengalun melalui denting piano
kujemput tanganmu yang tergetar
kutuntaskan kecupan terakhir
lalu mengucapkan perpisahan
Pada suatu waktu nanti
entah esok atau besok-besok
kita akan jumpa lagi
tak usah tergesa
sebab kita butuh waktu
kau membenahi hatimu
keluargaku membenahi makamku
agar layak kaudatangi
_
Puisi naratif Ang Tek Khun
Jogja, Januari 2023